Satu dari delapan kasus terkonfirmasi itu adalah anak

Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengemukakan pemberian izin edar darurat (EUA) untuk vaksin Sinovac bagi anak usia remaja diharapkan bisa menekan penyebaran COVID-19.

“Kabar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin edar vaksin untuk remaja, cukup menggembirakan. Pemberian vaksin pada anak-anak usia 12-17 tahun bisa membantu menekan penyebaran COVID-19 di kalangan anak-anak dan remaja yang mulai meningkat,” kata LaNyalla melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan bahwa kasus COVID-19 di kalangan anak-anak cukup tinggi, yakni mencapai 12,5 persen.

“Artinya satu dari delapan kasus terkonfirmasi itu adalah anak. Bahkan dilaporkan juga, angka kematian COVID-19 pada anak mencapai 30 persen untuk usia 10-18 tahun. Untuk itu memang diperlukan upaya perlindungan lebih untuk anak-anak kita yang merupakan generasi penerus bangsa,” katanya.

LaNyalla meminta agar keamanan anak diperhatikan dalam pemberian vaksin ini. Apalagi, pemerintah belum menginformasikan bagaimana metode pemberian vaksin bagi anak.

Baca juga: LaNyalla: Penjualan vaksin COVID-19 ilegal cederai rasa kemanusiaan

Baca juga: Ketua DPD harap tak ada komersialisasi vaksin

“Saya berpesan agar distribusi vaksin betul-betul memperhatikan keamanan dan kenyamanan bagi anak. Walaupun vaksin ini baru bisa untuk remaja, kita berharap agar dalam waktu dekat sudah bisa ditemukan vaksin yang aman bagi bayi, balita hingga usia 5-11 tahun,” katanya.

Menurut mantan Ketua Umum PSSI tersebut, pemberian vaksin untuk anak bisa menunjang sekolah tatap muka yang rencananya dimulai Juli 2021. Untuk itu, ia berharap agar pelaksanaan vaksin bagi anak bisa dipercepat.

“Karena kita tahu kurangnya penerapan protokol kesehatan menjadi salah satu penyebab utama anak-anak saat ini lebih mudah terpapar Covid-19. Maka pemberian vaksin bisa lebih menjamin saat sekolah tatap muka diberlakukan, meski saya berharap agar sekolah tatap muka ditunda dulu hingga lonjakan kasus Corona mereda,” katanya.

Selain Sinovac, pemerintah rencananya akan menggunakan vaksin Pfizer sebagai vaksin untuk anak.

“Apapun jenis vaksinnya, yang jelas harus dilakukan uji klinis terlebih dahulu agar dipastikan keamanannya bagi anak,” kata LaNyalla.

Vaksin Sinovac anak produksi PT Bio Farma diberikan izin atas dasar sejumlah pertimbangan. Salah satunya hasil uji klinis Fase I dan Fase II vaksin Sinovac rentang usia anak.

BPOM menyatakan, profil AE Sistemik berupa fever pada populasi 12-17 tahun tidak dilaporkan dibandingkan dengan usia 3-5 tahun dan 6-11 tahun.

Baca juga: Ketua DPD apresiasi pemerintah amankan 660 Juta dosis vaksin COVID-19

Baca juga: LaNyalla dukung langkah BPOM tunda implementasi vaksin AstraZeneca

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021