Indramayu (ANTARA News) - Arus lalu lintas di jalur alternatif pantura Kabupaten Indramayu dari arah Jangga menuju Cikamurang, Jawa Barat, pada Rabu padat merayap karena padatnya kendaraan yang melintas sementara badan jalan tersebut sempit.
Jalur alternatif dari ruas jalan utama pantura Jangga menuju Cikamurang berjarak kurang dari 25 kilometer kodisinya cukup baik namun ada kemacetan di pasar Terisi ketika melintas rel kereta api, selain itu aktifitas warga menghadapi Lebaran tinggi.
Menurut Warsito, petugas Pos Pam Lebaran di Jalur pantura Indramayu, pemudik yang hendak melintas kearah Jangga Cikamurang harus mengetahui medan perjalanan karena jalan sempit dan pada malam hari kurang penerangan.
Dia mengatakan, pemudik yang mengetahui jalur tersebut lebih cepat perjalanannya,karena dapat melintas ke jalur tengah pantura, langsung menuju ke Sumedang dan Majalengka, setelah keluar dari desa Jatimulya Kecamatan Terisi jalan baru layak dilalui.
"Perjalanan nyaman jika pemudik sudah melewati perkampungan dari Jangga hingga keluar pertigaan pabrik kayu putih milik Perhutani," katanya.
Sementara itu Rastim pemudik asal Jakarta yang melintas di jalur alternatif Jangga Cikamurang mengaku, perjalanan jalur alternatif tersebut cukup nayaman dan lancar, namun harus hati-hati karena padatnya warga di daerah Terisi.
"Jalur Jangga Cikamurang tujuan Jakarta Majalengka lebih dekat, jika harus memutar ke Palimanan Cirebon, setelah Cikamurang ke luar ambil kanan kurang dari 15 kilometer masuk Kabupaten Majalengka, begitu juga Jakarta tujuan Sumdeang," katanya.
Menurut keterangan Dayat, petugas Pos Pam Lebaran jalur Subang Cikamurang, kepadatan kendaraan hanya terjadi saat pengalihan pemudik dari Sadang menuju Cikamurang, sementara dari arah Indramayu Jangga pemudik masih lancar.
Dia mengatakan, pemudik yang menggunkan jalur tengah pantura Cikamurang ke luar arah Sumedang dan Majalengka, harus hati-hati karena jalan berkelok dan licin jika turun hujan, selain hamparan hutan jati pada malam hari kurang penerangan.
(ANT-061/S018)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010