Jakarta (Antara) - Pembinaan Ideologi Pancasila adalah jawaban berbagai tantangan mulai globalisasi, hingga pandemi Covid-19. Caranya dengan kerja keras dan gotong rotong dari masyarakat Pancasilais. Hal ini mengemuka dalam Kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi Tokoh Agama, Pendidikan, Masyarakat, Pemuda dan Komponen Masyarakat Lainnya, di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (29/6).
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi meyakinkan, pihaknya kontinyu menggelar pendidikan dan pelatihan sebagai bekal masyarakat tetap guyup menghadapi tantangan hidup.
"Kemerdekaan memberi kita nikmat segalanya. Dijaga agar bersatu sesuai falsafah Pancasila. Kita diuji oleh globalisasi atau modernisasi. Sekarang, pandemi Covid-19 sebagai ujian Tuhan sekaligus hukum alam. Selalu jaga prokes (protokol kesehatan) lalu berdoa, atau bisa dibalik," buka Yudian sebagai keynote speaker.
Sebagai salah satu bukti konkret, BPIP sedang finishing 15 buku bahan ajar pedoman belajar Pancasila buat siswa PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga perguruan tinggi. Dikerjakan oleh 120 ahli lintas akademi dan agama. Muatannya 30 persen teori dan 70 persen kegiatan interaksi sosial. "Awal Juli ini siap disebarluaskan. Saya minta doa dan dukungan agar lancar serta bermanfaat," tandas Yudian sembari menyampaikan BPIP juga sedang mempersiapkan rumusan kebijakan pembinaan Pancasila.
Deputi Bidang Diklat BPIP Baby Siti Salamah mengingatkan, Presiden Jokowi pada 1 Juni lalu telah mengimbau perlunya cara-cara baru untuk mendalami Pancasila di tengah berbagai tantangan global. Memanfaatkan perkembangan iptek terutama revolusi industri 4.0.
"Kultur, keagamaan sama dengan Pancasila. Para tokoh, elemen bangsa menguatkan sosialisasi Pancasila. BPIP membantu presiden dalam koordinasi, sinkronisasi, standarisasi, akreditasi, serta rekomendasi hasil kajian regulasi kepada lembaga tinggi, ASN, ormas dan sebagainya," terang Baby, secara daring.
Sementara itu, Gubernur Kaltim yang diwakilkan oleh Kepala Badan Kesbangpol Kaltim Sufian Agus mengapresiasi BPIP. Dalam mendorong aktivitas pendalaman wawasan kebangsaan sesuai Pancasila dan UUD 1945. "Perkembangan zaman sangat cepat. Budaya luar lambat laun mengancam tatanan adat istiadat, kelangsungan bermasyarakat dan bernegara. Ideologi Pancasila tak bisa ditawar," papar Sufian.
Hal lain disampaikan Deputi Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Kemenko PMK Nyoman Shuida. Diingatkan, Revolusi Mental adalah salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Gerakan Nasional ini erat kaitannya dengan Pembinaan Ideologi Pancasila yang sejauh ini berhasil dilakukan oleh BPIP. "Revolusi mental itu visi Presiden. Pancasila nilai praksis, revolusi mental operasionalisasi. BPIP sejalan pula dengan Generasi Emas 2045 dan program lainnya," beber Nyoman.
Menurut dia, pembinaan Pancasila penting untuk merubah pola pikir, serta menumbuhkan etos kerja, gotong royong, dan nasionalisme.
Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, M. Ilyasin menegaskan, Pancasila adalah produk sejarah monumental. Merawatnya harus sabar dan telaten, didasari cinta dan semangat yang tinggi.
"Sebagai lembaga formal, mari kita dukung tugas BPIP yang sangat mulia," tandas Ilyasin.
Pentingnya agama, keberagaman, dan Pancasila juga disampaikan Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Rohmat Mulyana dan Wakil Uskup Agung Samarinda Pastor Moses Komela.
Selain langsung sesuai prokes, kegiatan yang diprakarsai oleh Deputi Bidang Diklat BPIP ini juga digelar secara daring. Diikuti oleh puluhan peserta.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021