Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah tertekan ekspektasi investor terhadap pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS The Fed.
Pada pukul 9.33 WIB, Rupiah melemah 38 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp14.483 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.445 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan, pelaku pasar mewaspadai data tenaga kerja AS yang akan dirilis Jumat (2/7) malam pekan ini.
"Data yang lebih bagus dari ekspektasi bisa mendorong penguatan dolar lebih lanjut karena ekpektasi pengetatan moneter AS," ujar Ariston.
Seperti diketahui, The Fed mempertimbangkan perkembangan dua data ekonomi untuk menentukan kebijakan moneter ke depan yaitu data inflasi dan tenaga kerja.
Data inflasi AS sudah menunjukan kenaikan melebihi target 2 persen dan bila data tenaga kerja juga terlihat menunjukkan perbaikan yang signifikan, pasar akan berekspektasi pengetatan moneter AS sudah dekat dan hal itu bisa mendorong penguatan dollar AS.
Selain itu, lanjut Ariston, situasi pandemi COVID-19 dalam negri yang belum menunjukkan perbaikan, masih menjadi penekan rupiah.
"Pembatasan aktivitas yang lebih ketat sudah diputuskan kemarin. Ini bisa menekan perekonomian bila berlangsung lebih lama," ujar Ariston.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak ke kisaran Rp14.450 per dolar AS hingga Rp14.500 per dolar AS.
Pada Senin (28/6) lalu, rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.445 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.425 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021