Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak para orang tua untuk memvaksinasi anak-anaknya di sentra vaksinasi COVID-19, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan penggunaan vaksin Sinovac Bio Farma dengan dosis 600 SU/0,5 mL untuk anak-anak usia di atas 12 tahun ke atas.
"Ayo para orang tua Indonesia siap-siap untuk mengajak anak vaksinasi. Ini saatnya untuk memberikan anak-anak kita perlindungan terbaik terhadap COVID-19," kata Puan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, lonjakan kasus COVID-19 pada anak-anak membuktikan bahwa virus tersebut bisa menyerang siapa saja.
Baca juga: Erick Thohir: Belum diputuskan vaksinasi COVID-19 untuk usia muda
Dia mengutip data Ikatan Dokter Anak Indonesia, jumlah kasus COVID-19 dengan pasien anak di Indonesia mencapai 12,5 persen dari total kasus COVID-19 di Indonesia.
Puan mengatakan, waktu awal masa pandemi, tidak ada yang menyangka bahwa anak-anak akan terpapar virus ini, tapi nyatanya seiring berjalannya waktu terjadi juga.
"Berarti ibu-ibu harus lebih 'bawel' lagi soal protokol kesehatan kepada keluarganya. Saya ini juga seorang ibu, saya setiap hari selalu ingatkan anak-anak saya untuk jaga protokol kesehatan, padahal usia mereka sudah bukan anak kecil lagi," ujarnya.
Di lain sisi, dia menyadari beban orang tua, terutama seorang ibu di rumah sungguh berat, apalagi bagi mereka yang masih memiliki anak usia sekolah.
Mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu menilai pembelajaran jarak jauh menambah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.
“Biasanya yang bantu anak mengerjakan 'pekerjaan rumah' (PR) sekolah atau tugas-tugas lain adalah ibu. Padahal ibu juga masih ada yang harus bekerja meskipun bekerja dari rumah atau 'work from home'," katanya.
Baca juga: Jokowi : Vaksinasi COVID-19 bagi anak 12-17 tahun segera dimulai
Puan mengingatkan peran untuk memastikan keselamatan anak ada di tangan kedua orang tua sehingga ayah dan ibu harus bekerja bersama.
Dia mengatakan, melalui vaksinasi COVID-19, imunitas anak terhadap virus tersebut akan terbentuk sehingga melindungi mereka dari risiko terpapar sehingga ketika pembelajaran tatap mulai mulai digelar, tubuh anak diharapkan lebih kuat melawan COVID-19.
"Semoga vaksinasi anak ini dapat mempercepat realisasi pembelajaran tatap muka yang rencananya dilaksanakan pada Juli 2021. Namun ingat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan," ujarnya.
Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa setelah vaksin, para orang tua harus menjaga asupan gizi anak tetap cukup dan seimbang.
Dia menjelaskan tentang gerakan "Isi Piringku", kebiasaan makan makanan sehat sekaligus untuk mengangkat makanan khas daerah, yang diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan cuci tangan, banyak beraktivitas fisik, rutin memantau berat badan agar tetap normal, serta banyak minum air putih.
"Sejak 2017 saya dorong gerakan ‘Isi Piringku’, yaitu makan makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Ini bermakna 10 pesan gizi seimbang dengan porsi makanan yang terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan," katanya.
Puan menjelaskan, pada masa pandemi COVID-19, asupan gizi yang baik sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, terutama anak-anak, dari berbagai penyakit menular.
Baca juga: Pemerintah kaji kemungkinan Vaksin Sinovac dan Pfizer untuk usia muda
Dia menceritakan ketika dirinya menjabat Menko PMK, salah satu agenda kerjanya adalah memperbaiki gizi anak Indonesia serta menurunkan angka stunting pada anak.
Menurut dia, hal ini penting karena menyangkut masa depan SDM bangsa berkualitas yang memiliki produktivitas optimal.
Puan mengutip data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menyebutkan bahwa prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 19,6 persen, obesitas sentral 26,6 persen, masalah stunting atau perawakan pendek pada Balita 37,2 persen.
Menurut dia, pada tahun 2016, angka stunting turun sekitar 30 persen dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5 persen.
Namun dia menilai, pemerintah harus melanjutkan menurunkan angka tersebut hingga mencapai batas minimal dari WHO yaitu 20 persen.
Baca juga: ITAGI tunggu hasil uji klinik untuk rekomendasikan vaksinasi pada anak
Baca juga: Satgas: Hanya sebagian merek vaksin diujicobakan kepada anak-anak
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021