Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan beberapa formulasi imunomodulator atau suplemen peningkat daya tahan tubuh berbahan tanaman herbal dari kekayaan biodiversitas di Indonesia, salah satunya kunyit.
"Di LIPI Kimia juga sekarang lagi mengembangkan untuk imunomodulator dari ketepeng badak. Kita juga di LIPI Bioteknologi juga coba memformulasikan beberapa tanaman yang memang secara turun temurun memang digunakan untuk imunomodulator," kata Kepala Kelompok Penelitian Center for Drug Discovery and Development Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Masteria Yunovilsa Putra saat dihubungi ANTARA, di Jakarta, Senin.
Masteria menuturkan pengembangan formulasi beberapa tanaman herbal tersebut dimulai pada 2021 dan masih merupakan tahap awal penelitian.
"Kita mengembangkan imunomodulator dari biodiversitas Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Pakar: Bedakan suplemen, obat dan pangan
Dia mengatakan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan imunomodulator atau suplemen peningkat daya tahan tubuh dan obat dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati yang dimiliki karena Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas terbesar di dunia.
"Kita punya kekayaan alam yang cukup tinggi untuk biodiversitas yang bisa dikembangkan sebagai obat," ujarnya.
Masteria sebelumnya mengatakan produk alami dan turunan dari tanaman dan organisme laut mewakili lebih dari 50 persen dari semua obat dalam terapi modern.
Namun, memang masih perlu eksplorasi lebih masif baik terhadap keanekaragaman hayati yang ada di darat maupun di laut.
Pemanfaatan sumber daya hayati merupakan bagian dari target utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dengan demikian, diharapkan makin menggali potensi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia ke depannya untuk kesejahteraan masyarakat dan kepentingan bangsa Indonesia.
Baca juga: Kelompok tani Gresik ekspor 1.300 ton kunyit ke India
Baca juga: Mengonsumsi lemon dan kunyit tak mampu cegah corona
Baca juga: LIPI temukan varian Delta di Karawang
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021