Ini bisa memicu pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat untuk menurunkan kasus ke level yang lebih terkendali
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan, ditutup melemah dipicu kekhawatiran perubahan kebijakan bank sentral AS The Fed.
Rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.445 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.425 per dolar AS.
"Dari eksternal, pasar masih mengkhawatirkan soal potensi perubahan kebijakan moneter AS ke arah yang lebih ketat," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Pada Jumat (25/6) malam kemarin, data Core PCE Index yang merupakan salah satu indikator inflasi AS secara tahunan pada Mei, menunjukkan kenaikan 3,4 persen. Angka tersebut di atas target inflasi The Fed sebesar 2 persen.
"Bank sentral AS biasanya mempertimbangkan pengetatan moneter bila tingkat inflasi melampaui target," ujar Ariston.
Sementara dari internal, lanjut Ariston, lonjakan kasus baru COVID-19 yang terus menembus rekor baru, masih menjadi ganjalan untuk penguatan rupiah.
"Ini bisa memicu pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat untuk menurunkan kasus ke level yang lebih terkendali," kata Ariston.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.415 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.415 per dolar AS hingga Rp14.475 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin, melemah ke posisi Rp14.472 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.447 per dolar AS.
Baca juga: Kasus baru COVID-19 terus meningkat, rupiah melemah
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat dibayangi eskalasi kasus baru COVID-19
Baca juga: Pasar cerna komentar beragam pejabat The Fed, rupiah menguat
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021