Jakarta (ANTARA) - Peneliti Basic Income Lab RCCC Universitas Indonesia Sonny Mumbunan mengatakan wacana kuliah gratis memungkinkan diterapkan di Indonesia karena sejumlah negara terbukti bisa menerapkan kebijakan tersebut.
"Pendidikan tinggi bagi negara-negara yang sudah menerapkan kuliah gratis itu syaratnya mau kuliah dan mampu secara akademik," kata dia dalam diskusi virtual bertema "Kuliah Gratis, Apakah Mungkin?" yang digelar Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Sonny mencontohkan Jerman dan negara-negara Eropa lainnya bisa menggratiskan biaya kuliah sepenuhnya atau pun sebagian. Dari preseden itu, bukan tidak mungkin program serupa juga bisa diterapkan dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia.
Lebih jauh, ujar dia, program kuliah gratis di negara-negara maju juga membawa dampak pada dimensi kultural, sosial dan politik masyarakat.
"Apa implikasi kulturalnya? Pendidikan jadi hal yang lumrah di sana, gelar akademik juga dimaknai berbeda, tidak ada selebrasi berlebihan ketika menyelesaikan kuliah," ujarnya.
Baca juga: Menkeu: Pendidikan tetap jadi prioritas pemerintah di tengah pandemi
Baca juga: Gubernur: 94 ribu anak di Riau putus sekolah karena keterbatasan biaya
Baca juga: Sembilan pemuda Aceh diterima pendidikan gratis di Madinah
Implikasi politiknya adalah terjadi perdebatan kebijakan ide dan epistemik. Alasan lain yang memungkinkan program kuliah gratis diterapkan di Indonesia ialah besaran anggaran yang masih realistis.
Menurut penghitungannya, biaya per tahun seluruh mahasiswa strata satu hingga strata tiga dan vokasi berkisar Rp95 triliun. Nilai anggaran tersebut tidak seberapa jika dibandingkan biaya yang hilang akibat degradasi lingkungan yang mencapai Rp600 triliun per tahun.
Namun diakui Sonny, wacana kuliah gratis belum jadi atensi masyarakat luas di Indonesia. Hal itu karena masyarakat tidak biasa membayangkan ide-ide besar tentang kuliah gratis sehingga terkesan program tersebut mustahil dijalankan.
"Indonesia belum punya imajinasi cukup untuk membayangkan sebuah pendidikan tinggi gratis dan bermutu," kata dia.
Sementara itu, Ketua DPP PSI Tsamara Amany mengungkapkan alasan PSI mewacanakan program kuliah gratis di Indonesia ialah menyangkut kesenjangan pendidikan di Tanah Air.
Persentase penduduk Indonesia berusia 14 tahun ke atas yang lulus kuliah hanya 8,5 persen sementara 65 persen lainnya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Harapannya, dengan program kuliah gratis akan lebih banyak lagi lulusan perguruan tinggi yang siap berkompetisi di dunia kerja. Hal tersebut bertujuan agar kesempatan memperbaiki kualitas hidup lebih terbuka luas. Jika tingkat pendidikan mayoritas masyarakat rendah rentan terjebak dalam perangkap kemiskinan dan gizi buruk.
"Kalau misalnya seseorang itu masuk dan lulus kuliah, dia punya kemampuan mobilitas sosial yang lebih baik," kata mahasiswi program master bidang public policy dan media New York University tersebut.
Kemudian pendapatan, akses, koneksi akan jadi lebih baik lagi, dan yang paling penting lagi adalah masyarakat mempunyai lintasan karier.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021