Johannesburg (ANTARA) - Infeksi baru virus corona di Afrika Selatan tampaknya didominasi oleh varian Delta yang pertama kali muncul di India, saat gelombang ketiga melanda negara Afrika tersebut, menurut para ilmuwan, Sabtu (26/6).

Afrika Selatan merupakan negara terparah yang terdampak pandemi di benua Afrika dalam hal kasus dan kematian, menyumbang sekitar sepertiga infeksi terkonfirmasi dan 40 persen lebih dari kematian di seluruh Afrika.

Gelombang kedua COVID Afrika Selatan didorong oleh varian Beta, yang awalnya muncul di negara tersebut. Akan tetapi, varian Delta sepertinya kini menyebabkan infeksi baru, katanya.

"Satu varian baru tampaknya tidak hanya muncul, namun sepertinya mulai mendominasi infeksi di Afrika Selatan," ungkap Profesor Tulio de Oliveira dari Universitas KwaZulu-Natal saat konferensi pers.

"Mengambil alih habis-habisan," katanya, menambahkan bahwa varian Delta lebih menular ketimbang varian Beta.

De Oliveira mengatakan kemungkinan terdapat transmisi komunitas varian Delta di Provinsi KwaZulu-Natal dan bahwa para ilmuwan sedang menganalisis data Provinsi Gauteng, tempat kota terbesar Johannesburg berada.

Afrika Selatan mencatat lebih dari 18.000 infeksi COVID-19 pada Jumat, dengan 215 kematian.

Penjabat Menteri Kesehatan Mmamoloko Kubayi-Ngubane saat konferensi pers mengatakan bahwa kini kemungkinan puncak gelombang ketiga akan melampaui gelombang kedua pada Januari, ketika lebih dari 21.000 infeksi baru harian dilaporkan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Afrika Selatan resmi masuki gelombang ketIga COVID-19

Baca juga: Afsel: DP vaksin Johnson & Johnsondan Pfizer tak bisa dikembalikan

Baca juga: Antibodi dari vaksin COVID China kurang efektif melawan varian Delta

Varian delta COVID-19, masyarakat diminta tetap patuhi 3M, 3T dan vaksinasi

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021