Maskeliya, Srilanka (ANTARA News) - Hanya ada sekitar 250 keluarga pemeluk Islam di Maskeliya, wilayah dalam Srilanka, di mana alamnya indah namun menyimpan kisah kuno bak dalam gambaran epos Mahabaratha dan Ramayana.
Pukul 5.45 sore waktu setempat, usai berziarah ke monumen kecelakaan haji Indonesia di perbukitan terjal Seven Virgins, rombongan Kedutaan Besar RI di Srilanka sampai di satu mesjid berarsitektur khas Asia Selatan.
Rombongan Kedubes RI ini berencana untuk buka puasa bersama warga Maskeliya di mesjid yang kemudian diketahui bernama Mesjid Jami Hanafi (Hanafi Jumma Mosque).
Seperti biasa, "kanji" selalu terhidang dalam setiap buka puasa, seperti orang Indonesia tidak lepas dari kolak.
Pasangan kanji adalah "faluda", sejenis yogurt yang harum karena campuran kayu manis atau "cinnamon" menurut orang Srilanka.
Usai salat magrib, buka puasa dilanjutkan dengan melahap nasi kuning yang dalam bahasa setempat disebut "manjol soru," lalu semacam pecal ayam berbumbu rempah-rempah, bawang, tomat dan brokoli.
Mereka menyebutnya "koli roast", juga dari Bahasa Tamil. Masih ada lagi menu khas mereka, yaitu ayam paprika atau "dewal."
Orang muslim Srilanka rata-rata beretnis Tamil, sehingga mereka menggunakan bahasa Tamil, selain tentunya Bahasa Inggris.
"Silakan coba, ini enak," kata Muhammad Hassan, warga Meskeliya, yang juga turut mengantar rombongan Kedubes ke monumen kecelakaan haji di Seven Virgins.
Sekedar informasi, hampir semua warga Srilanka muslim memiliki nama Arab, seperti umumnya muslim di Indonesia.
Tiga bocah berusia antara 6 - 9 tahun yang menghampiri ANTARA, memperkenalkan diri mereka sebagai Zaid, Noordin, dan Hafiz.
Ketika mereka mengetahui ANTARA juga bernama seperti mereka, anak-anak itu tampak antusias menanyakan banyak hal tentang muslim mereka di Indonesia, bahkan mengajak berfoto.
Tapi waktu sudah menunjukkan jam 7.10, saat Isya segera tiba.
Dubes Djafar Husein berniat mengikuti salat tarawih di mesjid itu. ANTARA membisikinya bahwa di mesjid ini tarawih diselesaikan dalam 21 rakat, sementara bacaan salatnya adalah 1 juzz Alquran.
"Bacaan salat tarawih kita 1 juzz satu tarawih, sehingga sebulan kita bisa tamat Alquran," kata Mohammad Safiq, muazin mesjid setempat, kepada ANTARA, sebelum rombongan Kedubes mengetahui hal ini.
Karena satu juzz per satu tarawih, Safiq mengatakan waktu salat tarawih mereka bisa sampai 1,5 jam.
Safiq juga menerangkan kebiasaan-kebiasaan berpuasa Muslim Srilanka.
"Kaum perempuan membaca Alquran di rumah (tadarus), sementara kami menamatkannya selama tarawih. Hari-hari terakhir puasa, kami itikaf di mesjid," papar Safiq.
Setelah mengetahui tarawih bakal lama, sementara perjalanan Maskeliya ke Colombo memerlukan waktu enam jam, rombongan Kedubes berunding dengan imam mesjid itu, Ustadz Harun Hafiz yang diketahui dari Arab Saudi.
"Wah bisa sampai sahur nih di Colombo," celutuk seorang staf Kedubes.
Akhirnya disepakati, rombongan Indonesia akan tarawih delapan rakaat plus tiga rakaat witir dipimpin seorang ustadz sendiri, sementara kaum muslim Maskeliya menunaikan tarawih seperti biasanya, 21 rakaat, diimami oleh Harun Hafiz.
Ketika rombongan Kedubes menyelesaikan tarawihnya sendiri, warga Meskeliya masih sedang di rakaat-rakaat awal tarawih mereka.
"Hari ini kita akan menyelesaikan juzz ketujuh," kata Mohammad Safiq, sebelum tarawih dimulai. (*)
Jafar Sidik dari Maskeliya, Srilangka
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010