Dengo-dengo merupakan sebuah bangunan yang menjulang setinggi hampir 15 meter, terbuat dari batang bambu sebagai tiang penyangga menhgunakan lantai papan dengan ukuran 3x3 meter persegi dan beratap daun sagu, didirikan dengan cara gotong royong oleh waga menjelang 1 Ramadhan.
Bambang (42), warga Kelurahan Marsaoleh, Bungku Tengah, saat dihubungi dari Poso, Kamis, mengemukakan, bangunan itu dilengkapi dengan sebuah gong, gendang dan rebana serta ditunggui sekitar delapan orang warga. Hampir setiap rukun tetangga (RT) memiliki sebuah Dengo-dengo ini.
"Pada saat menjelang waktu Sahur, para penjaga `Dengi-dengo` itu menabuh gong dan gendang serta rebana sehingga warga akan terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan Sahur," ujarnya.
"Setiap malam, Dengo-dengo sesekali dibanjiri warga usai Salat Tarwih," ujar Bambang lagi.
Menurut dia, Dengo-dengo sudah hadir di Bungku sejak awal masuknya Islam sekitar abad ke-17 untuk menyerukan kepada warga agar bangun saat sahur dinihari.
Pembangunan Dengo-dengo yang dalam bahasa Indonesia berarti `tempat beristirahat` ini diperkirakan menelan biaya sekitar lima ratus ribu rupiah untuk setiap bangunannya.
"Kita membangun ini dengan suka rela untuk mempertahankan tradisi di sini," kata Ahyar salah seorang warga lainya yang mengatakan mereka mengambil sendiri bahan baku untuk membangun Dengo-dengo.
Pada petang hari, Dengo-dengo berfungsi sebagai tempat beristirahat menanti waktu berbuka puasa. Itu sebabnya, engo-dengo ini selalu ramai dengan kunjungan warga.
Sementara untuk membangunkan warga yang akan melaksakan ibadah puasa pada dini hari, sejumlah warga, umumnya para pemuda mulai berkumpul di Dengo-dengo sekitar pukul 01.30 waktu setempat.
Hampir setiap sudut jalan berdiri bangunan tinggi yang akan di bongkar usai Ramadhan ini.
Salah satu tempat yang hampir pasti menjadi lokasi berdirinya Dengo-dengo adalah masjid. Hampir semua masjid di Ibu Kota Morowali berdiri bangunan yang dilengkapi dengan berbagai lampu hias yang dipasang mengelilingi dinding bangunan sehingga terlihat meriah dari kejauhan.
Berbeda dengan daerah lainnya yang usai salat Subuh sebagian langsung melakukan konvoi kendaraan bermotor di jalan-jalan dan memenuhi tempat hiburan seperti pantai, masyarakat di Bungku memilih berkumpul di sekitar Dengo-dengo untuk merencakan kegiatan dan membagi giliran yang akan bertugas membangunkan warga untuk sahur berikutnya di Dengo-dengo.
Bangunan ini diklaim oleh warga Kota Bungku sebagai tradisi bulan Ramadhan satu-satunya di Sulawesi tengah.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010