filosofi riset terapan vokasi adalah start from the end

Jakarta (ANTARA) - Riset terapan vokasi laksana menjadi jawaban dari pertanyaan serupa selama bertahun-tahun tentang belum selarasnya dunia pendidikan dengan industri di Tanah Air.

Dunia pendidikan masih dianggap sebagai menara gading yang produk risetnya masih belum bisa langsung diterapkan di sektor industri. Sementara di sisi lain, dunia industri tanah air justru sangat memerlukan riset terbaru sebagai bentuk inovasi yang mampu meningkatkan daya saing usaha mereka.

Oleh karena itulah, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air.

Program yang berbasis pada demand driven ini berupaya menerapkan riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pasar, maupun masyarakat. Program ini sendiri didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan alokasi sebesar Rp25,5 miliar.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto mengatakan, riset terapan di pendidikan tinggi vokasi merupakan bagian dari link and match antara institusi pendidikan dengan industri.

Melalui program ini, fokus utama hasil riset terapan harus berujung pada peningkatan produktivitas di industri, peningkatan nilai tambah produk dalam negeri, atau dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dampaknya dapat dirasakan secara nyata.

Ke depan filosofi riset terapan vokasi adalah start from the end yang artinya mulai dari belakang, karena selama ini ada persoalan dan kebutuhan nyata yang kemudian menjadi faktor para dosen untuk meriset.

Pola pikir inilah yang kemudian harus dikembangkan sehingga riset bukan hanya eskplorasi intelektual sang peneliti, namun riset yang dirancang dari pergulatan sang peneliti dengan problematika riil yang dihadapi industri, UMKM, dan juga masyarakat.

Wikan menjelaskan, skema program riset terapan sejalan dengan tujuan pendidikan vokasi, yaitu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan DUDI.

Hal ini perlu ditunjang oleh kolaborasi, sinergi, dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) agar tercipta ekosistem riset yang kokoh. Multidisiplin juga menjadi salah satu kunci pada pelaksanaan program pengembangan riset keilmuan terapan ini.

Program ini hendak membangun ekosistem riset terapan, caranya adalah riset-riset terapan di program ini harus bersifat multidisiplin dan kolaboratif dengan DUDI dan masyarakat.

Melalui program ini diperkuat sinergi dosen dari beragam disiplin ilmu, bisa dari politeknik dengan universitas, dari dosen diploma atau sarjana terapan dengan dosen S-1, S-2, dan S-3, bahkan para mahasiswa pun ikut dilibatkan dalam riset ini.

Faktanya memang pelaksanaan program riset terapan, terutama bagi mahasiswa akan berimplikasi langsung dengan kurikulum dan project based learning (PBL).

Oleh karena itu Wikan berharap, dengan membangun ekosistem pengembangan riset terapan yang kondusif di perguruan tinggi vokasi, para mahasiswa vokasi setelah lulus akan semakin cepat terserap di dunia kerja, bahkan memiliki kemampuan mandiri untuk mendirikan start up.

“Dengan ekosistem yang dibangun ini kita harapkan mereka bisa menjadi entrepreneur atau sociopreneur,” kata Dirjen WIkan.

Baca juga: Kemendikbudristek luncurkan program riset terapan dosen vokasi
Baca juga: Kemendikbudristek luncurkan program riset terapan dosen vokasi

Solusi Persoalan
Tak semata satu arah, Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi ini turut didukung oleh DUDI melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Organisasi, Anindya Bakrie, mengungkapkan, beragam persoalan ketenagakerjaan terjadi di masa pandemi COVID-19.

Dalam hal ini, UMKM yang menempati 97 persen dari total usaha mengalami berbagai tantangan sehingga butuh SDM yang kompeten, terampil, kreatif, dan inovatif supaya tetap bisa menjadi penggerak perekonomian nasional. Menurut dia, pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi langkah jangka panjang bagi peningkatan daya saing bangsa.

Bagi dunia industri, inisiatif yang dilakukan itu adalah sesuatu yang memang tepat pada waktunya dan tepat sasarannya.

Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi akan memfasilitasi 51 proposal yang lolos serangkaian proses seleksi dengan masing-masing pendanaan yang dapat diusulkan senilai Rp500 juta.

Program ini memiliki dua skema, pertama adalah skema A, yaitu pengembangan riset terapan dari permasalahan nyata di DUDI dan masyarakat. Kedua adalah skema B, yaitu pengembangan riset terapan lanjutan/riset pengembangan yang dikembangkan dari perolehan Kekayaan Intelektual (KI) sebelumnya oleh PTPPV dan/atau DUDI dengan mengacu pada kebutuhan industri dan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi dan sosial.

Setiap pengusul harus memiliki tim periset yang anggotanya terdiri dari dosen atau kelompok dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa (minimal semester 5), atau yang sedang melaksanakan tugas akhir/proyek akhir/skripsi.

Adapun tema riset bisa dieksplorasi, meliputi bidang pariwisata, ekonomi kreatif, transportasi, energi baru dan terbarukan, kesehatan, konstruksi, pertanian, kemaritiman, kehutanan, sosial humaniora, atau bidang lainnya, serta pengembangan atau penerapan karya kekayaan intelektual yang dimiliki DUDI atau PTPPV.

Informasi program riset keilmuan terapan dapat diakses melalui laman https://ptvp.mitrasdudi.kemdikbud.go.id/ atau https://beasiswa.vokasi.kemdikbud.go.id/. Sementara pendaftaran dibuka mulai tanggal 23 Juni sampai dengan 6 Agustus 2021.

Pada tahap ini, para pendaftar tidak perlu langsung mengirim proposal lengkap karena penilaian pertama adalah pada Expression of Interest (EoI).

Perlu diketahui pula bahwa proposal riset terapan wajib melampirkan bukti kerja sama dengan mitra DUDI atau organisasi masyarakat sipil terkait pelaksanaan program yang sesuai dengan tema riset.

Baca juga: Kemendikbudristek: Riset terapan harus hasilkan produk
Baca juga: BPOM-Unair perbarui kemitraan mendorong riset terapan

Investasi riset
Riset memang menjadi kunci dari langkah yang lebih terarah di masa depan. Presiden Joko Widodo bahkan sempat mengungkapkan keinginan khususnya agar riset yang dibuat di Indonesia difokuskan kepada upaya membawa negara ini keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) menuju negara maju.

Presiden mengatakan salah satu kunci supaya negara dapat melompat menjadi negara yang maju adalah melakukan investasi di bidang riset dan inovasi.

Dengan inovasi dan riset, dapat dilahirkan gagasan-gagasan inovatif yang terkoneksi dengan dunia usaha dan dunia industri yang memberikan manfaat bagi masyarakat serta meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

Pemerintah pun harus memiliki sebuah strategi dan desain besar untuk memilih agenda riset yang perlu didorong dan didukung besar-besaran.

Presiden Jokowi menyatakan pemerintah harus memilih agenda riset yang diprioritaskan yang akan memberikan dampak signifikan kepada kemajuan Indonesia. Agenda riset ke depan memang perlu dikerjakan dengan sungguh-sungguh, terfokus dengan anggaran yang terkonsolidasi serta dikerjakan sampai betul-betul jadi dan memberikan manfaat yang nyata.

Maka kemudian konsentrasi pemerintah bukan hanya pada upaya memperbesar anggaran riset saja tapi juga bagaimana membuat anggaran riset menjadi efektif dan memberikan hasil dan manfaat yang nyata.

Dari situlah kemudian riset terapan vokasi akan menjadi modal tersendiri bagi kemajuan dunia industri di tanah air.

Baca juga: Nasir dorong perbanyak riset terapan dan inovasi
Baca juga: Mentan: Pemulihan ekonomi dapat melalui pengembangan riset pertanian

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021