Pekanbaru (ANTARA News) - Pasar Ramadhan yang menjamur sejak puasa tiba di beberapa pingir ruas jalan, persimpangan di putaran kota Pekanbaru, Jumat, mulai menimbulkan kemacetan sehingga menggangu arus lalulintas.

Wadi (35), salah seorang warga Pekanbaru, membenarkan di beberapa sentra pasar Ramadhan sering terjadi kemacetan 3 jam menjelang beduk Maghrib.

"Seperti pasar Ramadhan di Jalan Darma Bhakti Sigunggung, yang letaknya persis di simpang empat jalan Sigunggung, Darma Bakti, Arengka, dan Rokan kemacetan lalulintas tidak bisa terelakkan," ungkapnya.

Budi(40), karyawan PU, mengakui dia harus terjebak di tengah kemacetan lalulintas di Jalan Harapan Raya selama satu jam, saat kembali ke rumahnya yang terletak di sekitar Alam Mayang.

"Sejak Ramadhan, mulai dari Simpang Jalan Kopi hingga ke Jalan Bukit Barisan, kondisi lalulintas macet total --kendaraan merayap. Ini berlangsung setiap hari mulai dari Pukul 17.00 WIB hingga menjelang Maghrib," katanya.

Menurut dia, selain itu ada lagi kemacetan lalulintas akibat pasar Ramadhan, yakni di Pasar Lima Puluh --tepatnya di Jalan Sultan Syarif Qasim-- setiap hari sejak puasa dimulai. Dua jam sebelum beduk Maghrib, jalanan di sekitar daerah tersebut akan macet total.

"Kemacetan terjadi akibat pedagang makanan pembuka puasa berjualan di bahu Jalan, sementara para pembeli yang datang memarkirkan kedaraan mereka di pinggir Jalan sehingga kemacetan tidak terelakkan," katanya.

Walikota Pekanbaru Herman Abdullah saat dimintai pendapatnya oleh ANTARA, Jum`at, mengatakan Pemko Pekanbaru telah menginstruksikan agar pasar Ramadhan berlangsung tertib dan tidak menimbulkan kemacetan. Melalui Dinas Pasar dan Camat, pedagang yang berjualan di pasar Ramadhan diminta agar tetap tertib dan tidak menimbulkan kemacetan.

"Jangan sampai pedagang berjualan makanan di trotoar karena hal itu tentu saja tidak diperbolehkan sebab akan mengganggu pengguna jalan. Para Camat dan Dinas Pasar sudah menyediakan tempat untuk berjualan, jadi diharapkan pedagang dapat memanfaatkan lokasi tersebut," katanya.(*)
(ANT-234/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010