marilah kita melakukan sosialisasi mengubah mindset

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengajak anggota keluarga untuk lebih mementingkan membeli makanan bergizi untuk anak ketimbang membeli rokok.

"Rakyat juga harus melakukan revolusi mental, harus ada upaya keras untuk mendorong perubahan pola pikir sehingga anggota keluarga lebih memprioritaskan pendapatannya untuk pemenuhan makanan bergizi ketimbang konsumsi rokok," kata Hasto dalam Expose Data Capaian Gerakan Bulan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu sebagai rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Keluarga Nasional ke-28, Jakarta, Sabtu.

Dia menuturkan keluarga miskin bisa menghabiskan hingga ratusan ribu rupiah untuk membeli rokok, padahal, jika uang tersebut dialihkan untuk membeli makanan yang bergizi akan lebih bermanfaat bagi peningkatan gizi keluarga khususnya meningkatkan gizi anak untuk mencegah stunting.

"Sosialisasi dan peningkatan pemahaman masyarakat tersebut harus dilakukan oleh semua pihak bersama-sama secara masif," katanya.

Baca juga: Kerjasama dari hulu ke hilir demi cegah stunting
Baca juga: UNICEF: Masa pandemi ganggu pemantauan tumbuh kembang baduta

Di samping itu, Hasto menuturkan perlu juga meningkatkan upaya untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam menyediakan protein hewani dalam rangka pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga dengan memanfaatkan kemampuan dari alam sekitar.

Masyarakat perlu diberikan peningkatan pemahaman dan pembelajaran dalam melakukan variasi menu atau memanfaatkan sumber-sumber makanan yang terjangkau tetapi bergizi seperti telur dan ikan.

"Marilah kita melakukan sosialisasi mengubah mindset karena sebetulnya kemampuan alam di sekitar keluarga dan masyarakat untuk menyediakan protein hewani sebetulnya cukup," katanya.

Menurut dia, makanan lokal yang bergizi cukup tersedia, tetapi pola pikir dalam rangka menyusun pola makan untuk kemudian memenuhi gizi seimbang itu masih jauh dari harapan.

Baca juga: UNICEF: Makanan tidak sehat telah dikenalkan pada anak usia 6-23 bulan
Baca juga: PP Aisyiyah ajak masyarakat perhatikan kecukupan gizi anak
Baca juga: Lindungi anak saat pandemi dengan gizi baik

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021