Bung Karno bukan sekadar pembelajar ilmu, tetapi ia juga merupakan sumber ilmu itu sendiri
Jakarta (ANTARA) - Penggagas Gerakan Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko, mengingatkan kepada generasi muda agar berpikir seperti Proklamator RI Soekarno.
"Untuk menghadapi berbagai tantangan era sekarang, anak muda Indonesia harus belajar seperti Bung Karno belajar, dan berpikir seperti Bung Karno berpikir," kata Budiman dalam Episode "25 Talk Show and Music Bung Karno Series" bertema ‘Cita dan Asa Bung Karno pada Sains’, yang ditayangkan kanal YouTube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Jumat.
Acara itu juga menghadirkan special greeting dari Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia, Sung Yong Kim.
Bung Karno merupakan sosok ilmuwan yang sangat pintar. Selain menempuh pendidikan tinggi sebagai seorang arsitek, Bung Karno juga dianugerahi 26 doktor honoris causa, dengan rincian 17 gelar doktor kehormatan dari universitas luar Negeri dan sembilan kampus dalam negeri.
Bung Karno, kata Budiman, memiliki dasar keilmuan arsitek, tetapi pengetahuannya tentang politik, filsafat dan ilmu lain sangat bisa untuk diperhitungkan.
Baca juga: Ketua Umum Muhammadiyah: Lima teladan Bung Karno yang patut ditiru
Baca juga: Bung Karno tidak pernah mati
Ia mengaku sudah mengetahui dan mempelajari jalan pikiran Bung Karno sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
"Guru pertama saya untuk berpolitik adalah Bung Karno. Demikian juga Bung Karno merupakan guru ekonomi, sejarah dan filsafat saya. Dari proses belajar ini saya mengetahui, bukan hanya belajar tentang pemikiran Bung Karno, tetapi yang menjadi bekal saya adalah cara berpikir Bung Karno," tutur Budiman dalam siaran pers-nya.
Pria berusia 51 tahun asal CIlacap, Jawa Tengah, itu juga memaparkan pola berpikir Bung Karno ini bukan hanya berdasarkan teks, tetapi juga harus dilihat setiap konteksnya.
Selain itu, hal yang selalu diingat Budiman adalah kata-kata Bung Karno, "Jangan warisi abunya, warisilah apinya".
Artinya, "kalau kita ingin belajar dari Bung Karno, yang paling menarik adalah cara berpikirnya, bukan sekadar isi pikirannya".
Menurut dia, belajar tentang Bung Karno adalah belajar tentang cara berpikir filosofis, saintifik dan historis karena beliau belajar dari mata air ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Dari filsafat ke matematika, ke hard science, kemudian ke sosial humaniora.
"Proses itulah yang membuat Bung Karno memiliki visi yang tidak banyak dipunyai pemuda Hindia Belanda, yaitu mengimajinasikan suatu bentuk negara republik di wilayah Nusantara yang belum pernah ada," ucap Ketua Pelaksana atau CEO program riset teknologi ‘Bukit Algoritma’ di Sukabumi, Jawa Barat, ini.
Baca juga: Akademisi paparkan jatuhnya kepemimpinan Bung Karno
"Ambil apinya bukan abunya menjadi relevan. Yang harus diambil dari Bung Karno merupakan semangatnya. Untuk saat ini bukan lagi zamannya untuk mengkotak-kotakkan keilmuan, apakah dia biologi, politik, dan lain-lain," papar Budiman.
Dia pun menggarisbawahi bahwa Bung Karno merupakan seorang guru untuk mempelajari lintas ilmu secara saintifik yang filosofis dan sesuai dengan ruang waktu sejarahnya.
Perbincangan ditutup dengan kesimpulan bahwa Bung Karno bukanlah sosok yang hanya mencari pengetahuan, melainkan menjadi teknologi untuk menyampaikan apa yang ia pelajari dari perilaku-perilaku-nya.
"Bagi saya, ilmu pengetahuan itu hanyalah berharga penuh jika dipergunakan untuk mengabdi kepada praktik hidupnya manusia, atau praktik hidupnya bangsa, atau praktik hidupnya dunia kemanusiaan," demikian Budiman Sudjatmiko.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021