Jakarta (ANTARA News) - Berbusana kebaya kuning emas, Ani Yudhoyono menerima dan menyambut dengan ramah pimpinan dan wartawan Kantor Berita ANTARA yang mengunjunginya di Istana Negara, Kamis 15 April silam, untuk mengetahui pandangannya tentang perempuan Indonesia.
Kepada ANTARA, Ibu Ani --begitulah Ibu Negara akrab disapa kebanyakan orang-- mengungkapkan ide-ide menariknya mengenai emansipasi hak perempuan, kesetaraan, posisi dan peran perempuan Indonesia. Juga bagaimana seharusnya perempuan Indonesia mengkonstruksikan perannya sebagai ibu. Ibu Ani juga menyinggung soal tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia, dan tentu saja Hari Kartini.
Pertanyaan pertama kami kepadanya adalah takarannya mengenai keberhasilan empansipasi hak perempuan Indonesia.
Ani Yudhoyono menjawab, "Saya senang sekali melihat perempuan Indonesia mempunyai peran yang luar biasa. Mereka berkiprah di segala bidang kehidupan, di ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, olahraga, bahkan pertahanan dan keamanan. Banyak yang duduk dalam lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dunia internasional mengakui kiprah kaum perempuan Indonesia. Ya berhasil, tapi masih ada yang harus kita capai untuk lebih berhasil lagi."
Berikut wawancara dengan Ani Yudhoyono selengkapnya.
ANTARA: Karena minimnya pendidikan, banyak perempuan Indonesia memilih menjadi TKW, kemudian timbul masalah-masalah setelahnya. Apa penilaian ibu?
ANI YUDHOYONO: Menurut saya, bekerja di luar negeri itu sah-sah saja. Hanya tentu saja yang dikirim ke luar negeri harus betul-betul memiliki pengetahuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dia tekuni. Oleh karena itu saya berharap, sebelum diberangkatkan, mereka dibekali dulu pengetahuan di bidangnya setta hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja di luar negeri, seperti gaji dan jaminan kesehatannya.
Mereka harus dibekali pengetahuan tentang kondisi negara yang didatanginya, seperti apa hukum dan kondisinya. Jangan sampai berangkat tanpa pengetahuan yang cukup, seperti melakukan kegiatan yang mungkin menurutnya tidak apa-apa, tapi bagi negara setempat melanggar hukum.
Kontrak kerja menjadi sangat penting, para penyelenggara atau PJTKI mesti memberitahukan ini kepada calon tenaga kerja kita. Kontrak kerja betul-betul harus diketahui calon tenaga kerja, jangan ditutup-tutupi.
ANTARA: Bagaimana ibu melihat eksploitasi perempuan di layar kaca?
ANI YUDHOYONO: Terus terang saya risih. Sebetulnya apa sih yang ditawarkan iklan. Kita ingin tahu barang yang ditawarkan, bukan yang sama sekali tidak ada kaitannya.
Saya berharap kaum perempuan Indonesia untuk hati-hati, jangan terjebak. Dia harus hati-hati mengenai apa yang mesti dilakukannya, barang apa yang ditawarkan. Jangan sampai kemudian, kok tidak sesuai atau menyimpang. kaum perempuan harus memproteksi dirinya.
ANTARA: Bagaimana ibu memposisikan diri sebagai istri tapi juga ibu negara?
ANI YUDHOYONO: Sama dengan keluarga-keluarga lain. Seorang istri tentu saja mempunyai multiperan, adakalanya harus tampil sebagai pendamping suami, adakala sebagai ibu dari anak-anak, kemudian sebagai anggota masyarakat.
Ada komitmen yang kuat antara saya dan bapak mengenai bagaimana menciptakan keluarga agar tetap harmonis. Itu menuntut peran semua anggota keluarga, bukan hanya istri yang harus menciptakan keharmonisan keluarga, tapi juga suami dan anak-anak.
Keluarga harus sayang menyayangi, caring and sharing, saling memperhatikan, saling tolong-menolong sehingga tercipta kondisi yang amat baik.
Menciptakan keluarga yang baik itu berpulang pada keluarga itu sendiri, yaitu bagaimana peran suami, kalau di luar bisa saja dia pencari nafkah, tapi begitu di dalam dia adalah kepala rumah tangga, ayah dari anak-anaknya. Dia harus bisa menggabungkan semua itu menjadi suatu keharmonisan yang harus dimiliki setiap keluarga.
ANTARA: Apakah ibu memiliki tokoh panutan dalam bagaimana mengurus keluarga?
ANI YUDHOYONO: Tentu saja ibunda saya sendiri. Saya melihat ibunda saya, dengan tujuh orang anak, kok bisa mendidik putra-putrinya menjadi seperti sekarang ini. Saya melihat ketegaran seorang ibu, kasih sayang yang diberikannya, baik kepada suaminya, maupun putra-putrinya. Itu yang menjadi panutan saya.
Ibu saya mengajari kami sopan santun, bersikap kepada orangtua, bagaimana menata rumah tangga, masak, dan menunggui putra-putrinya belajar.
Orangtua tidak hanya menuntut kami harus baik nilainya, tapi juga menunggui kami bagaimana pelajarannya sudah dikerjakan atau belum. Itu tugas seorang ibu. Jadi inilah yang saya adopsi. Saya belajar tidak jauh-jauh, dari ibu saya sendiri.
ANTARA: Bagaimanakah cara ibu membesarkan dua putra yang dinilai banyak kalangan sukses?
ANI YUDHOYONOi: Alhamdulillah saya mendapat titipan Allah dua orang anak yang dianggap sukses. Saya keep in touch dalam pendidikan anak. Saya dan bapak. Pada waktu mereka masih kecil, saya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Toh hanya dua, tidak susah. Perhatian saya sangat penuh kepada anak-anak, memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkreativitas dan menyampaikan kreativitasnya.
Saya mencontoh dari orangtua. Ikut menunggui, bahkan tidak jarang ketika dari satu tempat ke tempat lain kita harus pindah dan belum pas waktunya dengan jadwalnya sekolah, saya turun tangan sendiri mengajari mereka.
Saya memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk menyampaikan apa keinginannya. Kita hanya mendorong dan mendukung mereka.
Sekarang, satu menjadi seorang militer, itu pun pilihannya sendiri. Kita hanya mendorongnya, dan satu lagi terjun ke dunia politik. Itu juga pilihannya sendiri. Kita hanya mendorong dan memberikan semacam dorongan dan fasilitas yang diperlukan anak-anak.
ANTARA: Sebagai Ibu Negara, apa impian ibu?
ANI YUDHOYONO: Kalau saya berkeliling ke seluruh Indonesia mendampingi bapak presiden bertemu dengan rakyat, saya masih melihat banyak sekali hal yang perlu diperbaiki. Di situ, saya bertanya, apa ya yang bisa saya kerjakan untuk mereka.
Saat ini saya memiliki program yang kita sebut "Bersama Menuju Indonesia Sejahtera". Tentu impian saya adalah Indonesia ini sejahtera, bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan sebagian masyarakat Indonesia.
Bersama ibu-ibu anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, saya mengembangkan program Indonesia Pintar, melalui pengajaran. Kami bersama-sama dengan Sikib menyiapkan buku-buku yang bisa dibaca anak-anak, kita berharap anak Indonesia menjadi pandai dan pintar sehingga menggapai kesejahteraannya.
Program berikutnya adalah Indonesia Sehat. Saya berharap kita semua sehat sehingga bisa menggapai kesejahteraan. Kemudian, melalui lingkungan yang sehat, lingkungan yang hijau, lingkungan yang berseri, lingkungan yang indah, kita bisa menggapai kesejahteraan kita.
Kita semua mempunyai kreativitas yang baik. Dengan kreativitas kita bisa menggapai kesejahteraan karena kita bisa membuat sesuatu yang menghasilkan income bagi keluarga.
Sesama kita harus peduli. Kalau sesama masyarakat Indonesia peduli, yang kaya memperhatikan yang miskin, yang mampu memperhatikan yang kurang mampu, yang berdaya memberdayakan yang kurang berdaya, saya kira kita bisa mencapai kesejahteraan kita.
Impian saya sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu Indonesia yang sejahtera. Itu saja.
ANTARA: Jika suatu saat ibu usai menjadi Ibu Negara, apakah impian itu berlanjut?
ANI YUHDOYONO: Insyaallah ya. Insyaallah bersama teman-teman atau bisa saja perseorangan. Saya mempunyai keinginan apa yang bisa saya sumbangkan kepada negara, jika nanti sudah tidak menjadi ibu negara dan bapak sudah tidak menjadi presiden. Kami berdua bisa berbuat sesuatu untuk menggapai kesejahteraan kita. Banyak kok yang bisa kita lakukan.
ANTARA: Apa pesan ibu untuk perempuan Indonesia yang akan memperingati Hari Kartini nanti?
ANI YUDHOYONO: Saya punya pesan khusus untuk kaum perempuan Indonesia, Marilah kaum perempuan Indonesia di manapun berada, kita perjuangkan apa yang menjadi cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan. Saya yakin kalau kita bekerja bersama, bergandeng tangan dengan sesama kaum perempuan di mana pun berada, tentu saja kita bersama-sama laki-laki juga, akan mencapai kesejahteraan kita bersama.
D012/E001/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010