Bagaimana hidup yang Anda jalani saat ini? Menyenangkankah? Menggairahkan? Membosankan? Melelahkan? Menjengkelkan? Semua bisa kita pilih, karena hidup adalah sebuah pilihan.Bagaimana hidup yang Anda jalani saat ini? Menyenangkankah? Menggairahkan? Membosankan? Melelahkan? Menjengkelkan? Semua bisa kita pilih, karena hidup adalah sebuah pilihan.
Kita bisa menikmati hidup atau diperbudak oleh kehidupan. Bila ingin menikmati hidup, dua anak saya mungkin bisa dijadikan pelajaran.
Kedua anak saya Dhira (14) dan Sholah (12) menjalani hidup dengan penuh gairah. Mereka menikmati detik-detik kehidupan dengan menyenangkan. Semua itu berawal ketika program kami mendidik anak di rumah sejalan dengan model pendidikan di sekolahnya.
Setiap pulang sekolah, anak saya selalu bercerita tentang pengalamannya di sekolah. Tiada hari tanpa cerita, mereka selalu memiliki pengalaman beragam. Metode belajar di sekolah anak saya memang berbeda dengan sekolah kebanyakan. Sekolah itu bernama School of Universe (SoU), sekolah alam di Parung Bogor.
Untuk menguraikan pelajaran dari kurikulum pemerintah, SoU menjelaskan dengan cara bercocok tanam secara organik, magang di perusahaan/swalayan, dan cara lain yang disukai muridnya.
Dari bercocok tanam anak saya belajar matematika, karena harus menghitung luas lahan, penggunaan pupuk, dan penggunaan modal. Pelajaran ekonomi juga perantaraan praktik nilai investasi, menghitung tenaga kerja, pengembalian modal dan tren perdagangan agribisnis.
Betapa riangnya mereka ketika berhasil memperoleh keuntungan dari menanam bayam organik, berjualan kangkung, dan berjualan makanan ringan. Rasa syukur anak saya kepada Sang Pencipta pun terus bertambah. Sebab, tanpa sinar matahari, air, tanah, serta cuaca yang mendukung, tanaman bayam organiknya takkan tumbuh sempurna.
Saat anak saya ’diprotes’ pembeli karena harga bayam organik yang dijualnya, satu ikat seharga Rp2.000. Padahal di pasaran harga bayam biasa cuma Rp500. Tapi anak saya mampu menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan sehat. Sampai sekarang para tetangga kerap datang ke rumah mencari bayam organik dijual mereka.
Dengan metode belajar seperti itu, kreativitas, keberanian, inisiatif, kepercayaan diri tumbuh secara alami. Untuk bercocok tanam di sekolah, anak saya harus mencari pemodal sendiri. Demi meyakinkan pemodal anak saya menyiapkan bahan presentasi sendiri.
Ketika mereka mampu membuat presentasi dengan PowerPoint yang disertai iringan musik, mereka langsung berteriak, ”yes..yes...yes, terima kasih ya Allah. Pak..pak...lihat dech, power pointku ada musiknya”.
Kini, setiap hari saya dan istri selalu menunggu cerita dari Dhira dan Sholah. Cerita apa saja, tentang kejenekaan, keberanian, kreativitas, dan tingkah polah temannya di sekolah; kebanggaannya atas keberhasilannya menjadi panitia lomba musik dari bahan-bahan bekas; serunya membuat rakit sendiri dan kemudian mendayungnya ke tengah danau; asyiknya berjualan atau nikmatnya belanja ke pasar. Semua itu, diceritakan kepada kami dengan penuh gairah.
Kami menyebutnya, hari-hari yang dilalui anak kami itu dengan Woow...Day. Hari yang penuh tantangan, kejutan, gairah dan selalu ada hal-hal baru. Bila selesai satu kegiatan, Dhira dan Sholah beralih ke kegiatan baru yang dinikmatinya.
Bila kita ingin mendapatkan ’hidup yang lebih hidup’ maka jadikan setiap hari sebagai Woow...Day. Pasti anak-istri di rumah selalu menanti cerita kita. Hari ini kita telah bergairah melakukan aktivitas positif apa? Pasti ada. (*)
Oleh Jamil Azzaini
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009