"Peledakannya modus lama, hanya pelaku dengan menggunakan sepeda `onthel` saja yang modusnya baru," kata Nasir saat dihubungi melalui telepon selular di Jakarta, Kamis.
Nasir menuturkan, pelaku biasanya melakukan peledakan bom dengan membawanya dalam tas atau sebuah mobil.
Insiden peledakan bom dengan menggunakan tas dan mobil beberapa kali terjadi di Indonesia, lanjut Nasir.
Namun demikian, mantan pimpinan JI Asia Tenggara itu menyatakan peledakan pelaku tunggal kerap terjadi di wilayah Indonesia, khususnya di Poso, Sulawesi Tengah dan Ambon.
"Pelaku tunggal biasanya membawa bom rakitan yang mudah dan simpel," tuturnya.
Pernyataan Nasir itu terkait dengan peledakan yang diduga bom rakitan yang mengandung karbit, mesiu dan paku ukuran 5 sentimeter dan 7 sentimeter di Jalan Kalimalang, Pasar Sumber Artha, Kota Bekasi, Kamis (30/9) sekitar pukul 08.00 WIB.
Polri menduga korban sekaligus pelaku peledakan yang menggunakan sepeda "onthel" itu berinisial AH dengan target anggota kepolisian.
AH yang membawa bom rakitan diduga menjatuhkan diri dari sepedanya setelah bertemu salah satu polisi lalu lintas.
Nasir memperkirakan, AH kemungkinan berperan sebagai eksekutor dan bagian dari kelompok yang ingin meneror pihak kepolisian.
(T014/A041/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010