Mombasa, Kenya (ANTARA News/AFP) - Sebuah pengadilan Kenya hari Rabu memenjarakan 11 orang Somalia selama lima tahun masing-masing karena perompakan terhadap sebuah kapal dagang berbendera Liberia di Lautan India tahun lalu.

Orang-orang itu menyerang kapal peti kemas Safmarine pada April 2009, namun mereka gagal menguasai kapal tersebut dan ditangkap oleh pasukan marinir dari kapal perang Prancis, Nivose.

Nivose kemudian menyerahkan mereka ke pihak berwenang Kenya untuk diadili.

Hakim Richard Kirui menolak pembelaan orang-orang itu bahwa mereka adalah nelayan yang berada di laut selama tiga hari sebelum mereka disergap oleh angkatan laut Prancis.

"Setelah kalian menjalani masa hukuman penjara, saya memerintahkan kalian untuk dideportasi ke negara asal kalian," kata Kirui kepada para terpidana di pengadilan itu, yang terletak di kota pelabuhan Mombasa.

Pengacara Jared Magolo memohon keringanan hukuman dengan alasan para tersangka yang berusia antara 22 dan 24 tahun itu telah memperbaiki diri ketika berada dalam penahanan.

"Tersangka-tersangka itu menyesal... dan tidak pernah mengenal perdamaian sepanjang hidup mereka di negara (Somalia) yang dilanda perang. Mereka membutuhkan pertimbangan dan pengertian khusus," kata Magolo.

Persidangan itu merupakan kasus keempat di pengadilan Kenya yang melibatkan perompak Somalia sejak patroli anti-perompakan internasional digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu pada 2008.

Sejauh ini hanya Kenya dan Seychelles negara pesisir yang setuju mengadili tersangka perompak yang ditangkap di lepas pantai Somalia oleh angkatan laut internasional.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang pada tahun itu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010