Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat ini dapat meningkatkan risiko bertambahnya pekerja anak.
"Isu pekerja anak sendiri merupakan isu yang serius mengancam terpenuhinya hak-hak anak. Pekerja anak berisiko putus sekolah, telantar dan masuk dalam situasi-situasi yang membahayakan dirinya," kata Menteri PPPA Bintang dalam diskusi virtual bertema "Peran Pentahelix dalam Penanggulangan Pekerja Anak" yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Hal-hal tersebut, kata Bintang, mengancam tumbuh kembang yang maksimal dari seorang anak. Dia memberi contoh bagaimana mayoritas pekerja anak usia 15-17 tahun sudah tidak lagi bersekolah.
Bintang menjelaskan bahwa pekerja anak berbeda dengan anak yang bekerja, di mana kategori kedua dilakukan dalam jangka waktu pendek di luar waktu sekolah dan tanpa unsur eksploitasi.
Sementara pekerja anak melakukan pekerjaan secara intens sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan, keselamatan dan tumbuh kembang anak.
Dia menjelaskan berbagai upaya telah dilakukan yang menghasilkan kemajuan. Meski demikian, angka pekerja anak di Indonesia masih memprihatinkan dan semakin mengkhawatirkan di saat terjadinya pandemi COVID-19.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) pada Agustus 2020 ditemukan sekitar 9,34 persen atau sekitar 3,36 juta anak usia 10-17 tahun bekerja. Di antara angka tersebut, terdapat 1,17 juta pekerja anak.
Menurut Bintang, jika membandingkan data SAKERNAS 2020 dan 2019 terlihat bahwa persentase pekerja anak di Indonesia meningkat dari kurun waktu dua tahun terakhir.
Secara khusus dia menyoroti bahwa terdapat potensi bertambahnya pekerja anak di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung sampai saat ini.
Dia menambahkan bahwa semua pihak harus bersiap untuk menghadapi berbagai kemungkinan terburuk karena pandemi belum berakhir.
"Krisis ekonomi, berkurangnya pekerja dewasa pada sektor tertentu karena angka kematian yang tinggi serta ketimpangan sosial dalam akses teknologi informasi untuk pembelajaran jarak jauh dapat meningkatkan risiko lahirnya banyak pekerja anak baru di tengah pandemi," demikian Bintang.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021