Gunung Kidul (ANTARA News) - Radikalisme Islam bisa muncul di antaranya dari penafsiran tunggal Al Quran, maupun klaim kebenaran dari suatu mashab, kata Direktur Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Ahmad Haris Masduki.
"Umat Islam harus diberi pemahaman atau penafsiran yang komprehensif tentang ajaran agamanya yang terkandung dalam kitab suci Al Quran serta As Sunnah, agar tidak terjadi klaim kebenaran secara kelompok, dan menafikkan pemahaman yang dianut kelompok lain," katanya, di Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu.
Ia mengatakan hal itu usai memberi pembekalan dalam acara pelatihan anggota Jaringan Kerja Pelaksanaan Program Gerakan Pemahaman dan Pengamalan isi kandungan Al Quran (JKPP-GPPA) Gunung Kidul.
Menurut dia, bibit-bibit gerakan radikalisme Islam tampaknya sudah mulai masuk ke wilayah Gunung Kidul, sehingga dengan pelatihan bagi anggota JKPP-GPPA itu diharapkan dapat menekan pertumbuhan serta perkembangan radikalisme Islam.
"Oleh karena itu, tadi saya menyampaikan materi tentang mashab tafsir agar tercipta pemahaman yang komprehensif tentang Islam," kata Sekretaris JKPP-GPPA Gunung Kidul ini.
Sementar itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gunung Kidul Asrofi mengatakan masyarakat mempelajari Islam, umumnya berangkat dari pendekatan fiqh, bukan dari Al Quran serta Al Hadits.
"Sebagian besar masyarakat memahami Islam dari cabang ilmu fiqih, dari Al Quran serta terjemahannya, Al Quran dan tafsirnya, atau dari kumpulan pendapat ulama yang dihimpun oleh masing-masing organisasi Islam, bukan dari kandungan Al Quran dan Hadits secara langsung, sehingga muncul berbagai perbedaan," katanya.
Menurut dia, tidak sedikit masyarakat yang kemudian merasa lebih tahu dibandingkan dengan masyarakat lainnya, hanya setelah mereka membaca satu kitab fiqih. "Ilmu fiqih hanya sebagai cabang dari ilmu agama Islam yang memiliki beberapa tingkat, dan terkadang masyarakat belum menguasai seluruhnya, sehingga sangat rawan terjadi pemahaman yang tidak sama," katanya.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Kesra Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul Hasan Jahadan mengatakan pelatihan yang diselenggarakan setiap tahun tersebut diikuti peserta dari perwakilan seluruh kecamatan di kabupaten ini. "Setiap kecamatan mengirim tiga pemuka agama untuk mengikuti pelatihan ini," katanya.(*)
(ANT-160/M008/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010