Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memperluas kemitraan dengan berbagai perusahaan dalam penerapan hasil rekayasa teknologi, seperti dengan PT Krakatau Steel, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT LEN.
"Kerja sama BPPT dengan para mitra tahun ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar pada "Dialog Teknologi" memperingati HUT ke-32 BPPT, di Jakarta, Rabu.
Sejumlah penandatanganan MoU antara BPPT dan mitra tersebut antara lain dengan PT KS dalam rangka revitalisasi industri baja, dengan PT PAL untuk pengembangan teknologi mandiri, PT Pindad untuk mengembangkan hujan buatan dengan teknologi flare, PT DI untuk program produksi pesawat.
Dengan PT LEN Industri mengembangkan perangkat e-KTP, PT Indofarma untuk pengembangan produk farmasi, PT Jamu Jago pengembangan teknologi obat tradisional, juga PTPN IX dan dengan Asosiasi Persampahan Indonesia tentang pemberian label hijau..
BPPT, ujar Marzan, telah mencanangkan visinya sebagai Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan kemitraan dan pemanfaatan hasil rekayasa secara maksimum.
"Hal itu berarti semua hasil pengkajian yang dilakukan BPPT harus bermanfaat, karena itu di awal kegiatan harus berdasarkan kebutuhan dengan melibatkan mitra-mitra yang terkait," katanya.
Dalam kesempatan itu ia juga mengajak pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia untuk bekerja sama mengembangkan sistem inovasi daerah.
"Konsepnya kami sebut Gerbang Indah Nusantara dan dimulai tahun ini," katanya sambil menambahkan pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan banyak Pemda seperti dengan Kabupaten Blitar dan Tegal dalam mengembangkan produk pertanian jagung dan baru saja memperluas kerja sama dengan Pemkab Cimahi, Jembrana, dan Pemprov Sumsel.
Pengembangan sistem inovasi daerah dan kemitraan dengan industri diharapkan bisa meningkatkan daya saing nasional, ujarnya.
Berdasarkan the Global Competitiveness Report 2010-2011 yang diterbitkan World Economic Forum 2010, Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia menempati peringkat 44 dari 139 negara.
"Ini sudah meningkat 10 peringkat dari peringkat 54 dari 133 negara pada 2009. Tapi jika dibanding negara tetangga seperti Singapura (peringkat 3), Malaysia (26), Brunei (28) dan Thailand (38) maka Indonesia masih perlu kerja keras," katanya. (*)
D009/s018
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010