Bantul (ANTARA News) - Sebanyak 19 tukik atau anak penyu, Rabu di lepas di pantai Gua Cemara, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melestarikan spesies jenis itu.
"Keberadaan spesies ini hampir punah, sehingga dalam kesempatan ini tukik atau anak penyu sengaja dilepas dipantai agar terus berkembang biak," kata Pembina nelayan Gua Cemara, usai melepas tukik Mujana di Bantul, Rabu.
Menurut dia pelepasan tukik atau anak penyu tersebut merupakan kegiatan yang pertama kali pada tahun ini, dan sengaja melibatkan anak kecil dari taman kanak-kanak (TK) Patria, Patehan Sanden Bantul.
"Hal ini sengaja untuk mengenalkan penyu kepada masyarakat sejak dini, sehingga diharapkan ke depan semakin dikenal dan keberadaan jenis ini dapat dilestarikan," katanya.
Mujana mengatakan, spesies jenis ini dilindungi pemerintah sehingga tidak diperkenankan untuk dijual bebas apalagi dimiliki seseorang tanpa izin, oleh sebab itu kelestariannya perlu dijaga agar tidak terancam punah.
"Tukik tersebut berasal dari telur yang nelayan temukan disekitar pantai, karena daripada diambil orang yang tidak bertanggungjawab, maka oleh nelayan sekitar dirawat hingga menetas dan menghasilkan tukik," katanya.
Lebih lanjut, kata dia telur penyu hingga menetas berusia selama 49 hari setelah melalui proses diantaranya harus memerlukan suhu yang hangat seperti dikubur dalam pasir sementara penyu mempunyai kesempatan hidup lebih besar di perairan pantai.
"Setidaknya penyu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat bertelur, meski demikian tidak menutup kemungkinan selama dilaut dimangsa predator lain," katanya.
Mujana mengatakan, guna mendorong kelestarian agar telur penyu tidak dijarah orang yang tidak bertanggung jawab, maka setiap nelayan yang dapat menemukan telur penyu dan merawatnya mendapat imbalan dari pemerintah setempat dengan Rp1.000 per telur.
"Dengan demikian keberadaan penyu selain dapat semakin berkembang biak, juga para nelayan yang ikut membantu kelestarian penyu mendapatkan kesejahteraan serta menambah ekonomi," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010