Penelitian itu menunjukkan bahwa karena manusia tidak selalu mengendalikan jalan hidupnya, maka kepercayaan mereka pada Teori Evolusi karya Charles Darwin pun berkurang.
Hasil penelitian terbaru itu dipublikasikan Jurnal Experimental Social Psychology.
Penelitian yang dipimpin oleh Bastiaan Rutjens dari Universitas Amsterdam ini menganalisis bagaimana penjelasan mengenai evolusi sebagai proses teratur, bukan proses yang acak, meningkatkan keyakinan beragama seseorang.
Kendati penemuan paleontologis, genetis dan biologi perkembangan menunjukkan bahwa segala spesies makhluk hidup, termasuk manusia, berkembang dari nenek moyangnya melalui seleksi alam, sekitar 44% orang Amerika percaya bahwa Tuhanlah yang mengembangkan manusia sekarang.
Dan di penelitian terbaru, para peneliti mengajak 140 mahasiswa untuk mengambil bagian dalam satu eksperimen.
Beberapa diantaranya diminta mengingat situasi kritis di masa lalu yang tidak mereka bisa kendalikan, kemudian mereka diminta memberi tiga alasan mengapa masa depan tidak bisa dikontrol. Koresponden lainnya tidak dimintai apapun.
Kepada mereka kemudian dipaparkan dua dari tiga teori mengenai revolusi.
Teori evolusi standard yang menjelaskan bahwa seleksi alam secara umum adalah proses acak dalam mana hal-hal yang tak bisa dikira dari lingkungan alam menentukan hasil (evolusi).
Satu teori kecerdasan yang menjelaskan bagaimana mengendalikan hal yang terancang, bukan proses acak, malah menjadi cara terbaik dalam menjelaskan dunia.
Pandangan bahwa evolusi ditentukan oleh seleksi alam yang menggambarkan bagaimana evolusi kehidupan tidak terjadi acak namun adalah evolusi yang terancang dan bisa diprediksi, akan menghasilkan dunia yang mirip dengan keadaan kini.
Ternyata jawaban sebagian besar responden menyatakan evolousi alam dan manusia itu terjadi karena dirancang (Tuhan), bukan proses acak seperti disebut Charles Darwin.(*)
USA Today/Yudha/Jafar
Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010