Yogyakarta (ANTARA News) - Proses global memiliki andil dalam meminggirkan Pancasila dari kehidupan masyarakat Indonesia, kata pengamat sosial budaya dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Daud Aris Tanudirjo.

"Di tengah krisis enkulturasi dan keteladanan, masyarakat Indonesia dihadapkan pada proses global yang semakin meningkat dalam beberapa dasawarsa terakhir, situasi tersebut memiliki andil dalam meminggirkan Pancasila dari kehidupan masyarakat Indonesia," kata pengamat sosial budaya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Daud Aris Tanudirjo di Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan proses global berbeda dengan globalisasi, proses global memiliki dimensi lebih luas dan dapat dilihat sebagai meluasnya interaksi antar budaya penduduk dunia.

"Bangsa Indonesia yang terletak di persimpangan dua samudra dan dua benua menjadi salah satu bangsa yang telah mengalami proses global," katanya.

Daud mengatakan dalam proses global saat ini sangat terasa budaya barat yang meterialistis masuk dengan `deras` dan menggerus kepribadian bangsa, yaitu Pancasila," katanya.

Akibatnya, menurut dia akar budaya Indonesia yang telah terkristalisasi dalam Pancasila menjadi terpinggirkan.

"Generasi penerus yang sedang mencari identitas kepribadian saat ini terpikat tawaran-tawaran budaya global yang menggiurkan," katanya.

Ia mengatakan proses global tidak hanya terjadi pada masa kini, pada masa lalu proses tersebut dapat dilihat dari kolonisasi, eksplorasi perdagangan, dan penyebaran agama.

"Terjadinya proses global salah satunya dapat diukur dengan meningkatnya saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya," katanya.

Menurut dia meningkatnya saling ketergantungan tersebut sering menggerus struktur sosial komunitas tradisional yang biasanya terpusat pada hubungan kekerabatan dan menggantikannya dengan struktur global.

"Akibatnya, komunitas tradisional tersebut akan lebih mudah menerima pengaruh budaya luar, misalnya adalah budaya konsumtif," katanya.

Pada tahap tersebut, menurut Daud, pertukaran barang akan meningkat menjadi pertukaran gagasan, nilai-nilai, dan manusia. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010