negara dengan beban TB terbesar kedua di dunia setelah India

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa tenaga kefarmasian di apotek memiliki peran yang cukup penting dalam penanganan penderita tuberkulosis (TBC/TB) secara dini.

Kepala Subdit Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan, berdasarkan hasil studi Perawatan Tuberkulosis Berkualitas di Indonesia: Menggunakan Analisis Jalur Pasien untuk Mengoptimalkan Kolaborasi Publik-Swasta (2017), sebanyak 52 persen dari jumlah pasien TBC mencari pengobatan untuk pertama kalinya dengan mengunjungi apotek atau toko obat.

"Hal itu menunjukkan tingginya peran tenaga kefarmasian di apotek untuk memproteksi dini TB agar segera dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih memadai," ujarnya dalam peluncuran percontohan "Program Rujukan Batuk USAID TBPS bagi Tenaga Kefarmasian" melalui Aplikasi SwipeRx di Kota Medan yang dipantau daring di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, penemuan kasus yang dini terhadap terduga TB akan meningkatkan keberhasilan pengobatan, menurunkan resiko penularan sehingga tercapainya derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Ia menyampaikan bahwa TB merupakan salah satu dari sepuluh penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia.

"TB masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, Indonesia menduduki peringkat negara dengan beban TB terbesar kedua di dunia setelah India," kata Imran.

Baca juga: Kemenkes: Hanya 24 persen penderita tuberkulosis akses fasyankes
Baca juga: Wapres: TBC berdampak pada tingkat produktivitas negara

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Teguh Supriyadi menambahkan berdasarkan Global TBC Report 2020 yang dirilis oleh WHO, Indonesia menjadi negara kedua kasus terinfeksi TBC tertinggi di dunia.

Dari laporan itu, lanjut dia, diperkirakan terdapat sebanyak 845.000 kasus TBC di Indonesia, 562.000 kasus diantaranya sudah terlaporkan dan masih ada 283.000 kasus (33 persen) yang belum terlaporkan dan mendapatkan perawatan.

Berdasarkan data itu, ia mengatakan bahwa pentingnya tenaga kerja kefarmasian untuk berperan aktif menemukan dan melaporkan terduga TB sehingga orang yang terdiagnosis memperoleh akses dan mendapatkan perawatan lebih lanjut.

"Kasus terduga TB sangat penting menurunkan risiko penularan sehingga menekan persebaran kasus TB," katanya.

Baca juga: Penanganan TBC berpotensi alami kemunduran karena pandemi, kata pakar
Baca juga: Pelacakan TBC terkendala selama pandemi COVID-19
Baca juga: Presiden ingin penanganan TBC dan COVID-19 dilakukan bersamaan

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021