"(Amblasnya Jalan RE Martadinata) tidak berdampak langsung, tetapi secara tidak langsung ada pengaruhnya," kata Kepala Unit Tanjung Priok Car Terminal Pelindo II, Gunta Prabawa, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, truk pengangkut kendaraan yang akan digunakan untuk ekspor-impor yang awalnya melewati Jalan RE Martadinata kini harus melewati rute lain seperti Jalan Yos Sudarso.
Hal itu, lanjutnya, bisa memperpanjang jumlah rute rit (pulang-pergi) truk hingga sekitar 30 persen.
Namun, ujar Gunta, hal itu hanya berpengaruh kepada perjalanan truk pengangkut dari pabrik kendaraan yang berasal dari Sunter yang sebelumnya kerap melewati rute Jalan RE Martadinata.
Sebagian besar truk pengangkut, kata dia, berasal dari pabrik yang terdapat di daerah Karawang dan Tambun sehingga tidak melewati jalan yang amblas tersebut.
Ia memaparkan, perbandingan antara truk pengangkut kendaraan yang berasal dari daerah Karawang-Tambun dengan truk pengangkut kendaraan yang berasal dari Sunter adalah sekitar 70 berbanding 30.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan mengkhawatirkan arus barang ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, terganggu dan stagnan, menyusul amblasnya ruas jalan RE Martadinata.
"Ruas itu adalah jalur logistik vital dari dan menuju dan dari Priok. Karena itu, harus diamankan," kata Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susiantono, di Jakarta.
Untuk menghindari stagnasi arus transportasi barang dari dan menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok akibat amblasnya ruas jalan tersebut, Wamenhub mengimbau kepada pihak terkait untuk menentukan pola logistik jalur truk.
Sementara itu, Sekretaris Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Bobby Mamahit, mengatakan, Jalan RE Martadinata merupakan salah satu jalur vital industri pada bagian utara dan selatan Jakarta, tetapi tidak terlalu berpengaruh untuk pergerakan industri di kawasan barat dan timur ibukota.
(M040/A027)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010