Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menyatakan bahwa fundamental perekonomian Indonesia kuat sehingga memungkinkan fokus kebijakan pemerintah bergeser dari ketidakpastian jangka pendek menjadi pencapaian investasi, terutama untuk infrastruktur.
"Perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan yang kuat, berlawanan dengan pergerakan ekonomi dunia lainnya yang bergejolak dan penuh ketidakpastian," ujar Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Enrique Blanco Armas dalam perkembangan triwulan perekonomian Indonesia di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai 6,2 persen merupakan pertumbuhan tercepat sejak krisis 2008 yang didorong oleh permintaan dalam negeri terutama konsumsi sektor swasta.
"Pola pertumbuhan ini akan terus berlanjut selama jangka waktu dekat dengan investasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan terjadinya perbaikan akses kredit bagi investor, serta peningkatan belanja modal pada 2011," ujarnya.
Sedangkan, menurut dia, pertumbuhan investasi pada 2010, akan didorong oleh peningkatan harga komoditas, prospek untuk penanaman modal asing yang lebih besar, serta pertumbuhan kredit yang lebih kuat.
"Ini juga dibantu dengan kebutuhan investasi untuk meningkatkan kapasitas pada beberapa industri yang berpusat pada pasar dalam negeri," ujarnya.
Ia mengatakan pertumbuhan yang kuat tersebut ditandai dengan peningkatan impor yang didorong oleh kegiatan domestik dan kuatnya nilai tukar rupiah, sementara pemulihan ekspor telah melambat.
"Eskpor barang manufaktur terus meningkat namun ekspor sumber daya stagnan dan menyempitkan neraca perdagangan menjadi defisit pada Juli," ujar Enrique.
Menurut dia, pertumbuhan Indonesia juga mampu bertahan di tengah gejolak harga pangan yang menyebabkan peningkatan inflasi umum mencapai 6,4 persen yoy pada Agustus 2010.
"Peningkatan inflasi umum disebabkan oleh guncangan kepada sisi penawaran yang berhubungan dengan cuaca terhadap harga bahan pangan dan dampaknya menyebar dari harga cabai ke bahan pangan lain terutama beras," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Enrique memperkirakan pola pertumbuhan yang terjadi dalam jangka pendek antara lain, peningkatan investasi dan permintaan dalam negeri akan menyumbang kepada kontraksi pada surplus neraca berjalan serta goncangan harga pangan akan mereda namun laju inflasi siap meningkat pada 2011.
"Pertumbuhan mitra dagang utama juga akan melambat pada 2011 setelah bangkit pada 2010," ujarnya.
Ia menambahkan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Indonesia pada 2010 mencapai angka enam persen, naik dari perkiraan semula sebesar 5,9 persen.
"Perkiraan telah ditingkatkan karena (adanya) peningkatan kondisi dalam dan luar negeri pada triwulan II dengan kemungkinan risiko penurunan yang berhubungan dengan pasar keuangan yang cepat berubah dan prospek pertumbuhan ekonomi berkembang ke arah ketidakpastian," ujarnya.
(S034/B012/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010