Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun lima poin menjadi 8.945/8.955 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya 8.940/8.950 per dolar.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib di Jakarta Selasa mengatakan, tekanan terhadap rupiah pada saat ini lebih tinggi ketimbang sentimen positif dari ekonomi makro Indonesia.
Namun aksi lepas itu terjadi, karena pelaku hanya ingin mencari untung setelah hari sebelumnya rupiah menguat, katanya.
Koreksi terhadap rupiah, lanjut dia relatif kecil sehingga posisinya masih jauh dibawah angka 9.000 per dolar.
"Meski demikian rupiah berpeluang untuk kembali naik mendekati level 8.900 per dolar," ujarnya.
Di pasar eksternal, pasar saham Amerika Serikat merosot meski ada berita merger namun tidak mampu mempertahankan kenaikan sebelumnya.
"Para pelaku pasar masuk ke pasar hanya melepas sahamnya sehingga bursa Wall Street melesu," katanya.
Menurut dia, rupiah saat ini tertekan namun peluang untuk naik masih ada karena arus modal asing yang masuk ke pasar masih besar.
Arus modal asing ke pasar modal memicu indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat hingga di atas angka 3.491 poin, katanya.
"Apabila indeks sepanjang Selasa ini bisa menembus level 3.500 poin, maka akan memicu rupiah kembali menguat. Kenaikan memang relatif kecil karena BI masih di pasar menjaga pergerakan rupiah agar kenaikan tidak terlalu cepat," katanya.
Ia mengatakan, BI berusaha menjaga rupiah agar tidak menjauh dari level 9.000 per dolar, apalagi pemerintah menginginkan mata uang itu di atas 9.000 per dolar.
Karena itu BI berusaha menahan dan pada saat yang tepat akan melakukan intervensi untuk menekan rupiah melemah hingga mencapai level 9.000 per dolar, katanya.
(H-CS/B008/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010