“Pembelajaran tatap muka, kita utamakan untuk prodi yang membutuhkan kompetensi hardskill yang sulit didapatkan melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ),” ujar NIzam dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Senin.
Baca juga: ITB siap gelar kuliah tatap muka dengan protokol kesehatan ketat
Baca juga: Kemendikbud : Mahasiswa yang tidak mau tatap muka bisa melalui daring
Nizam menambahkan jangan sampai PJJ yang diakibatkan pandemi COVID-19 membuat kompetensi lulusan perguruan tinggi menjadi berkurang. Dari survei yang dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi, baik mahasiswa dan orang tua berharap bisa kembali ke kampus.
Sebagian besar mahasiswa yang melakukan PJJ di rumah, tapi pada kenyataannya tidak melakukan pembelajaran di rumah. Banyak mahasiswa yang justru belajar dari kafe.
“Sehingga tidak mencapai tujuan awal dari PJJ tersebut. Akan lebih produktif dan penularan COVID-19 lebih terkendali jika mahasiswa kembali ke kampus. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat,” terang dia.
Nizam meyakini dengan disiplin terhadap protokol kesehatan, penyebaran COVID-19 dapat ditekan. PTM di kampus dengan protokol kesehatan yang ketat lebih baik dibandingkan PJJ yang dilakukan dari kafe.
Dalam kesempatan itu, Nizam menjelaskan vaksinasi COVID-19 untuk dosen dan tenaga kependidikan diprioritaskan untuk yang berusia 40 tahun ke atas, karena yang berusia di bawah 40 tahun memiliki ketahanan tubuh yang baik.
Sementara itu, untuk vaksinasi mahasiswa juga dilakukan terutama di daerah yang memiliki kasus COVID-19 tinggi, seperti di Jakarta, Bali dan provinsi lainnya.
Baca juga: Wapres: Kuliah tatap muka diperbolehkan jika daerahnya berstandar WHO
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021