Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kembali menekankan perlunya UU Perlindungan Petani mengingatkan tantangan sektor pertanian makin berat di masa datang.
"UU Perlindungan petani harus menjadi prioritas," kata Ketua Umum HKTI, Oesman Sapta, di Jakarta, Senin, mengenai tantangan pertanian sehubungan peringatan Hari Tani 24 September lalu.
Ia mengatakan tantangan pertanian ke depan, antara lain adalah perubahan iklim. Selain itu, masalah klasik lainnya juga tidak makin berkurang seperti pupuk, bibit, lahan, dan kredit.
Oesman khawatir jika tidak ada UU tersebut, sektor pertanian bisa terpuruk. Hal itu, katanya, bisa membahayakan karena kegagalan pembangunan dapat membahayakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Dia mengatakan organisasinya siap membantu pemerintah guna memajukan sektor pertanian.
Mengenai perubahan iklim, Ketua Harian HKTI, Sutrisno Iwantono, mengakui merupakan salah satu tatangan besar sektor pertanian saat ini dan di masa mendatang karena implikasinya sangat besar.
Ia khawatir jika pemerintah tidak segera mengambil langkah antisipasi, maka bisa membahayakan keberhasilan sektor pertanian.
Mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha ini mengatakan perubahan iklim menyebabkan wilayah Indonesia bagian selatan khatulistiwa mengalami musim hujan yang lebih pendek namun dengan curah hujan yang tinggi.
Hal itu membuat musim tanam tidak panjang. "Untuk panen dua kali setahun saja sulit, apalagi tiga tahun. Jadwal tanam juga menjadi sulit diprediksi," katanya.
Untuk itu, katanya, pemerintah harus responsif dengan menghasilkan bibit yang lebih tahan terhadap perubahan iklim.
Infrastruktur juga bisa bermasalah karena jika tidak mampu menampung air dalam jumlah besar, maka akan terjadi banjir yang luar biasa yang merugikan petani.
Selain itu juga akan terjadi perubahan ekologis. "Akan timbul hama dan penyakit baru yang menyesuaikan dengan perubahan iklim. Untuk itu, kembali diperlukan tanaman yang tahan dan penyakit baru tersebut."
Sementara di bagian utara khatulistiwa terjadi hal sebaliknya, yakni musim hujan yang panjang dengan curah yang kecil.
Hal itu, katanya, akan menyebabkan daerah utara dapat panen lebih banyak dari sebelumnya.
Namun yang menjadi masalah tanah di bagian utara tidak sesubur di daerah selatan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu menyuburkan tanah dan berupaya membuka lahan-lahan baru agar produksi dari utara meningkat dan dapat mengantisipasi pengurangan produksi dari selatan.(*)
(T.U002/A027/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010