"Tempe mengandung senyawa antioksidan, tetapi pengolahan tempe dengan digoreng maupun direbus ternyata bisa menurunkan kandungan antioksidan yang terdapat di dalamnya, jika diolah menjadi yoghurt, kadar antioksidan tempe justru meningkat," kata salah seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengembangkan olahan tersebut Rio Jati Kusuma di Yogyakarta, Senin.
Dua mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan UGM yang mengembangkan inovasi yoghurt tempe adalah Rifka Kumala Dewi, dan Nuraini Wahyu Setyaningrum.
"Dalam tempe terdapat senyawa antioksidan yang cukup tinggi yaitu sekitar 60 persen, kadar antioksidan tersebut akan meningkat jika tempe diolah menjadi yoghurt," katanya.
Selain itu Rio mengatakan, yoghurt tempe juga mengandung hydroxiantralinic acid (3-haa) sebagai penangkal radikal bebas dan dapat memperbaiki kerusakan hati.
"Hal tersebut telah diujicobakan pada 24 tikus galur wistar yang berumur dua bulan dengan berat badan rata-rata 100-150 gram," katanya.
Menurut dia, dari hasil percobaan, tikus yang diberi yoghurt tempe memiliki kadar enzim Serum Glutamic Pyruvate Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) lebih rendah dibanding tikus yang tidak diberi perlakuan.
"SGPT dan SGOT merupakan enzim pada hati yang akan meningkat jumlahnya apabila hati mengalami kerusakan, tikus yang diberi tempe yoghurt, enzim SGPT dan SGOT nya turun hingga 50 persen," katanya.
Secara teori, Rio mengatakan yoghurt tempe aman untuk dikonsumsi manusia. "Namun masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kandungannya secara pasti," katanya,
Ia mengatakan dari 90 gram tempe dapat dihasilkan 600 mililiter yoghurt tempe. "Yoghurt yang dihasilkan memiliki karakteristik hampir serupa dengan yoghurt susu, tapi sedikit lebih encer. Rasanya pun agak lebih asam," katanya.
(ANT158/N002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010