Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati mengemukakan efek samping dari penggunaan vaksin Sinopharm secara umum tidak memerlukan pengobatan dan lebih cepat membaik.
"Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip. Dimana frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen atau terkategori sangat jarang," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Zullies mengatakan efek samping yang dijumpai dalam uji klinik adalah efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, dan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare dan batuk.
Efek samping tersebut, katanya, segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan.
Vaksin Sinopharm merupakan vaksin buatan China dan telah diujikan di beberapa negara. Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) di China, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania, dan di Indonesia.
Baca juga: Erick: Indonesia sudah dapat komitmen 15 juta dosis vaksin Sinopharm
Baca juga: Didistribusi dengan skema gotong royong, ini profil vaksin Sinopharm
Vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi.
Dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78 persen, dan vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia.
"Secara umum, dari hasil eveluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya," katanya.
Zullies menambahkan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual, dan adanya KIPI juga menunjukkan bahwa vaksinnya sedang bekerja.
Namun jika ada KIPI yang dirasa berat, kata Zullies, segera dilaporkan kepada kontak yang sudah diberikan petugas vaksinasi untuk bisa segera mendapatkan penanganan.
Selain ditangani, KIPI juga akan dievaluasi oleh Komite KIPI terkait dengan hubungan kausalitasnya dengan vaksin sehingga bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi.
Baca juga: Tak ada efek saat uji klinis, Sinopharm izin pasarkan vaksin COVID-19
Baca juga: Sinopharm tambah produksi 3 miliar setelah disetujui WHO
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021