Singapura (ANTARA News) - Harga minyak berada pada posisi bervariasi di perdagangan Asia Senin, karena para pedagang lebih dipengaruhi oleh suramnya prospek ekonomi Amerika Serikat ketimbang melemahnya dolar AS, kata para analis, Senin.

Kontrak utama New York untuk minyak mentah "light sweet" pengiriman November naik 10 sen ke posisi 76,59 dolar AS per barel, sementara minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengapalan November juga mencatat penurunan tiga sen menjadi 78,84 dolar AS, sebagaimana dikutip dari AFP.

Penurunan dalam nilai dolar telah mendukung pasar-pasar minyak mentah, kata Ong Yi Ling, analis investasi untuk Phillip Capital di Singapura.

"Untuk hari ini, di mana masih melihat pada berbagai pengaruh dari pelemahan dolar," katanya.

"Dikarenakan dengan pelemahan dolar, berbagai komoditas seperti minyak mentah akan diuntungkan," kata Ong.

Sementara itu Euro melemah ke posisi 1,3464 dolar pada perdagangan awal Asia dibanding dengan 1,3488 pada Jumat, tetapi masih tetap naik dibanding 1,3312 pada Kamis pekan lalu.

Melemahnya `greenback` menjadikan minyak mentah yang dihargakan dengan dolar lebih menarik bagi para investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Melemahnya `greenback` di mana didorong oleh pengumuman Federal Reserve AS pekan lalu bahwa Fed telah siap untuk penyegaran kembali berbagai langkah stimulus jika ekonomi tidak menentu.

Namun, kenaikan minyak mentah di mana diperlemah oleh kekhawatiran seputar ekonomi Amerika Serikat yang masih berlanjut, kata Ong.

"Para investor di mana masih melihat pada ekonomi Amerika Serikat" di mana prospek masih tetap suram, katanya.

Data yang diterbitkan Jumat pekan lalu oleh kantor sensus Amerika Serikat menunjukkan penjualan rumah baru tetap pada tingkat terendah ke dua mereka yang tercatat pada Agustus karena harga yang rendah gagal mendorong investasi.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010