"Banjir bandang terjadi karena hujan turun tanpa henti sejak Sabtu pagi (25/9) hingga Minggu (26/9) dini hari," kata salah satu warga Desa Tetaan Kecamatan Penengahan, Suliyan, di Penengahan, Minggu.
Dia mengatakan, akibat banjir tersebut sepuluh rumah milik warga desa itu hanyut karena arus air sangat deras dan merusak puluhan rumah yang berada di Desa Tetaan, Gayam, dan Sukabaru Kecamatan Penengahan.
Ia menjelaskan, debit air mulai meningkat sejak Sabtu malam, karena Sungai Pisang yang melintasi desa tersebut meluap akibat tidak dapat menampung debit air yang meningkat secara mendadak.
"Bangunan rumah hanya semi permanen sehingga tidak mampu menahan sapuan banjir tadi malam," kata dia.
Yusron, warga di desa yang sama, mengatakan, banjir tersebut juga telah menghanyutkan rumah miliknya dan penduduk namun tidak menimbulkan korban jiwa karena saat debit air meningkat dirinya dan keluarga keluar rumah mencari tempat aman.
"Sebagian besar barang-barang tidak dapat diselamatkan karena tidak sempat melakukan evakuasi," kata dia.
Banjir tersebut, kata dia, juga mengisolasi warga di empat dusun di Kecamatan Penengahan dan Palas karena jembatan yang menghubungkan penduduk di lokasi itu juga rusak tersapu banjir.
Kemudian banjir lainnya terjadi di Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa yang juga merendam rumah warga dan ratusan hektare lahan pertanian warga.
Saat ini, para korban banjir mengungsi di tenda-tenda darurat yang disalurkan oleh Dinas Sosial Provinsi Lampung dan rumah saudaranya masing masing yang tidak terkena banjir.
Kemudian Dinsos Provinsi Lampung juga telah menyalurkan 60 unit tenda darurat, 3.600 bungkus mie instan, 2.000 kaleng sarden, 120 stel seragam SD, 60 lembar tikar, 60 kaos, 60 lembar selimut, puluhan bungkus bumbu dan peralatan masak.
Sementara itu, Ketua DPRD Lampung Selatan, di lokasi banjir, mengharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan untuk segera menyalurkan bantuan, karena hingga saat ini belum menyalurkan bantuan untuk korban banjir itu. (ANT-048/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010