Dalam sebuah postingan yang dibagikan oleh Facebook mengatakan bahwa mereka akan menambahkan informasi ke Standar Komunitas yang memperjelas anggapan sebuah sindiran sebagai bagian dari penilaian kami atas keputusan khusus konteks.
Baca juga: Facebook akhirnya serahkan kendali data pada pengguna
"Perubahan ini akan memungkinkan tim untuk mempertimbangkan sindiran ketika menilai potensi pelanggaran Ujaran Kebencian," tulis postingan tersebut dikutip Senin.
Pembaruan datang setelah Dewan Pengawas memutuskan bahwa Facebook salah menghapus komentar pengguna dengan referensi ke pemerintah Turki, berdasarkan meme dua tombol.
Meme ini menampilkan kartun layar terpisah yang sama dari meme aslinya, tetapi dengan wajah karakter kartun yang diganti dengan bendera Turki. Karakter kartun memiliki tangan kanan di atas kepala dan tampak berkeringat.
Di atas karakter kartun, di bagian lain layar terbagi, ada dua tombol merah dengan label yang sesuai, dalam bahasa Inggris: "Genosida Armenia adalah kebohongan" dan "Orang-orang Armenia adalah teroris yang pantas mendapatkannya." Meme itu didahului dan diikuti dengan emoji "wajah berpikir".
Facebook menghapus posting tersebut, mengutip Standar Komunitas yang Kejam dan Tidak Sensitif, yang mengatakan akan menghapus postingan dan menargetkan "korban kerusakan fisik atau emosional yang serius," yang mencakup penggunaan meme dan gif.
Facebook kemudian mengklasifikasi ulang penghapusan tersebut sehingga berada di bawah Standar Komunitas Ujaran Kebencian.
Dewan Pengawas menunjukkan dalam rekomendasinya bahwa Facebook mengatakan akan membuat pengecualian untuk sindiran, itu tidak menentukan bagaimana atau apa yang memenuhi syarat sebagai sindiran dalam pedomannya.
Facebook mengatakan dalam postingnya bahwa selain membuat pedoman seputar sindiran yang lebih jelas, itu akan "memulai peninjauan konten identik dengan konteks paralel," dan dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Ini menandai contoh terbaru Facebook yang mengikuti panduan dari Dewan Pengawas yang masih baru. Awal bulan ini, Facebook mengatakan akan mengakhiri apa yang disebut kebijakan "kelayakan berita", yang memungkinkan politisi untuk mengabaikan banyak aturan kontennya.
Ke depan, perusahaan "tidak akan memperlakukan konten yang diposting oleh politisi secara berbeda dari konten yang diposting oleh orang lain," kata Nick Clegg dari Facebook dalam sebuah posting blog.
Baca juga: Facebook ubah kebijakan, tak blokir klaim "COVID-19 buatan manusia"
Baca juga: Facebook tegaskan tak bisa baca isi pesan pengguna di WA
Baca juga: Facebook kembangkan AI untuk lindungi perempuan
Penerjemah: Chairul Rohman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021