Baghdad (ANTARA News/AFP) - Empat orang, termasuk tiga polisi, tewasdalam kekerasan di dan sekitar Baghdad, Minggu, kata polisi dan seorangpejabat kementerian dalam negeri.

Serangan bom mobil di kotaGarma, 50 kilometer sebelah timur Baghdad, menewaskan tiga polisi,termasuk seorang letnan kolonel, kata Letnan Kolonel Hatif al-Dulaimi.

Ledakan itu, yang ditujukan pada pos pemeriksaan polisi di kotatersebut, terjadi sekitar pukul 13.00 (pukul 17.00 WIB) dan jugamelukai enam orang, termasuk tiga polisi. Garma terletak di provinsiAnbar yang berpenduduk mayoritas Sunni.

Juga Minggu, seorang pegawai badan pengawas anti-korupsi Irak yangbernama Laith Mohaned tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata takdikenal di jalan menuju bandara, kata seorang pejabat kementerian dalamnegeri.

Dalam insiden lain, sebuah bom pinggir jalan meledak di jalan Saadun diBaghdad pusat, Minggu pagi, melukai lima orang, sementara dua seranganbom lain yang terjadi distrik-distrik timur dan barat di ibukota Iraktersebut mencederai enam orang lain.

Dua mortir juga ditembakkan ke Zona Hijau Baghdad yang dijaga sangatketat, yang menjadi tempat sejumlah kedutaan besar asing dan kantorpemerintah. Tidak ada korban yang dilaporkan dalam serangan itu.

Kekerasan itu terjadi hanya beberapa pekan setelah berakhirnya operasi tempur AS di Irak pada 31 Agustus.

Penarikan pasukan Amerika dilakukan bertepatan waktunya denganmeningkatnya serangan bom mobil dan penembakan yang ditujukan padapasukan Irak yang mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukanAS sejak 2009.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir, termasuksejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikanpasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarianberkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiapbulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran padaakhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur diIrak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadisekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagikeberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelahinvasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irakdan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh danKirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militerAS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatanserangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Iraktersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen dinegara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain padaJuli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut datapemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit --tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dandalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudianmenurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinyapeningkatan.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun laludalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedungpemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dankehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas danbisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkankekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikusberusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenaikemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dariserangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantangprajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 padapuncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010