New York (ANTARA News) - Indonesia berhasil memainkan peran penting dan strategis dalam keikutsertaan Konferensi Tingkat Tinggi Asean-Amerika Serikat yang berlangsung di New York, 24 September 2010.
Delegasi Indonesia yang dipimpin Wakil Presiden Boediono, setidaknya menyampaikan dua usulan dalam KTT yang dibuka oleh Presiden Barack Obama serta dihadiri sejumlah pemimpin negara dan pemerintahan serta pejabat tinggi Asean.
Agenda yang diusulkan Indonesia yang ternyata mendapat sambutan positif dari para peserta adalah pentingnya meningkatkan toleransi antar umat beragama serta kehutanan.
Wapres Boediono mengatakan, Indonesia dalam keikutsertaan KTT mengajak negara anggota untuk bersama-sama menghilangkan gejala "Islam Phobia".
"Kita mensinyalir ada gejala `Islam phobia` yang saya kira tidak kita inginkan dan saya menyarankan anggota Asean dan AS untuk bersama-sama menghilangkannya," kata Wapres Boediono.
Menurut Wapres, dirinya dalam KTT menyampaikan keinginan yang disampaikan kepada Asean dan negara-negara maju, khususnya AS, untuk bersama-sama menjaga toleransi antar umat beragama dan menghilangkan "Islam Phobia".
Untuk itu, kata Boediono, dirinya menyampaikan bahwa perlu adanya meningkatkan dialog antar umat di masing-masing-masing negara terhadap umatnya.
Selain itu, kata Wapres, diperlukan pula penjelasan yang lebih baik tentang Islam kepada masyarakatnya terutama kepada negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam.
"Dialog antar umat sangat disarankan dan meningkatkan toleransi beragama hendaknya bisa ditingkatkan," kata Wapres Boediono.
Para pemimpin negara/pemerintahan dan pejabat tinggi negara yang masing-masing mewakili negaranya masing-masing, termasuk Presiden Obama, kata Wapres, menyambut baik ajakan Indonesia tersebut dan siap melakukan upaya menghilangkan itu.
"Ajakan Indonesia tadi mendapat respon yang positif dari semua delegasi tanpa pengecualian," katanya.
Wapres mengatakan pula, dalam KTT bidang pendidikan, perdagangan dan kehutanan menjadi prioritas dalam meningkatkan kerjasama Asean-Amerika Serikat sehingga ketiganya akan menjadi prioritas utama untuk lebih ditingkatkan.
"Kesimpulan besar dalam KTT Asean-AS adalah ketiga bidang itu menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan. Khusus mengenai kehutanan merupakan usulan Indonesia untuk dimasukkan," kata Boediono.
Menurut Wapres, khusus mengenai peningkatan bidang kehutanan, usulan tersebut ada kaitannya dengan upaya yang selama ini dilakukan Indonesia dalam melakukan konservasi hutan.
"Ini tentunya ada kaitannya dengan upaya Indonesia dalam lakukan konservasi hutan dan masalah perubahan iklim dan usulan ini ternyata dapat diterima baik oleh negara Asean dan juga Presiden Obama," katanya.
Dalam pertemuan sehari tersebut, KTT juga menghasilkan suatu Pernyataan Bersama yang merefleksikan elemen penting dalam upaya bobot kemitraan Asean-AS.
Sejumlah pernyataan bersama tersebut antara lain menyebutkan keterlibatan AS dalam dinamika di kawasan Asia Pasifik dan perkembangan arsitektur regional antara lain melalui partisipasi AS pada "East Asia Summit" (EAS) berdasarkan prinsip sentralitas Asean.
Wapres Boediono dalam KTT tersebut juga memberikan apresiasi atas ikap Obama terhadap pluralisme, dialog antar peradaban yang harmonis, toleransi dan kebebasan beragama.
"Khususnya dalam rencana aksi pembakaran Al Quran, dimana Presiden Obama bisa mengimbau agar tidak dilakukan, kami menyampaikan apresiasi yang mendalam," kata Wapres Boediono.
Presiden Obama mengakui Asean memiliki peran yang sangat penting bagi negaranya dan akan menempatkan wilayah itu sebagai salah satu mitra yang strategis.
"Asean memiliki peran penting bagi Amerika Serikat dan hubungan yang selama ini akan terus ditingkatkan dan diperluas," kata Obama.
Sebagai wilayah yang strategis, kata Obama, Asean tidak mungkin diabaikan di masa mendatang dan bahkan perannya akan terus ditingkatkan.
Kepentingan nasional
Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asean-Amerika Serikat memberikan kepentingan nasional dan tidak akan merusak kepentingan Indonesia di tataran hubungan hubungan diplomatik.
"KTT tersebut tidak ada niatan untuk memberikan keuntungan kepada siapapun tapi juga untuk kepentingan nasional Indonesia secara sejajar dan setara," kata Menlu Marty Natalegawa.
Menurut Marty, KTT tersebut bukan merupakan upaya Indonsia dan Asean untuk mengabaikan China sebagai salah satu mitra utama di kawasan Asia.
Sebagai negara yang tidak memiliki masalah dengan negara manapun, Indonesia tetap menjadikan China sebagai mitra utama di berbagai bidang.
"Bahkan Indonesia dan China saat ini sudah memiliki Kerjasama Strategis yang sangat menguntungkan kedua belah pihak," katanya.
Marty mengatakan, KTT tersebut bukan merupakan upaya Indonesia dan Asean untuk menjauhi China sebagai mitra di kawasan Asia, tapi semata-mata merupakan upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan negara manapun.
"Tidak ada niatan sama sekali untuk mengabaikan China sehubungan dengan penyelenggaraan KTT ini. Baik China dan AS adalah mitra Indonesia di berbagai bidang," kata Marty.
Sejumlah media menyoroti mengenai penyelenggaraan KTT Asean-AS yang dinilai China sebagai ancaman.
China menilai AS melalui KTT telah berupaya untuk menarik, memberikan perhatian lebih dan mempengaruhi Asean dan ini dinilai sebagai ancaman serius bagi China.
Soal adanya tuduhan seperti itu, Menlu secara diplomatis mengatakan bahwa biarkan saja isu itu berkembang namun yang pasti Indonesia tidak menganggap seperti demikian.
Amerika Serikat dan China, katanya, mungkin saja memiliki masalah di berbagai bidang dan di sini peran Indonesia bisa menjadi perekat untuk menghindari konflik kedua negara itu agar tidak berkembang lebih luas.
Menlu Marty mengatakan, Indonesia tahun 2011 akan menjadi ketua Asean dan perannya dalam memberikan masukan dalam KTT 2010 di New York sangat penting dan strategis.
"Indonsia akan menjadi ketua Asean 2011 sehingga keikutsertaan dalam KTT tahun ini sangat penting, sehingga meningkatkan hubungan bilateral dan regional menjadi prioritas dalam menjaga tataran hubungan antar bangsa dan untuk kepentingan nasional," kata Marty.
(A025/J006)
Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010