Dosen Politeknik Pariwisata Lombok, Komang Mahawira, yang juga auditor CHSE (Clean, Healthy Safety and Environment) mengatakan program tersebut bakal membantu membuat wisatawan berdatangan sehingga pariwisata kembali pulih. Pada awal Juni, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan ada kemungkinan program tersebut juga diterapkan di tujuan wisata lain seperti Lombok.
"Program pemerintah membantu, termasuk Kerja dari Bali, Menparekraf juga menggalakkan itu, bahkan selain Bali, itu sangat membantu wisatawan akan datang, kegiatan akan semakin banyak, dan secara tidak langsung mempromosikan bahwa Lombok aman, buktinya pemerintah bisa kerja di sana," kata Komang ditemui di sela diskusi "Optimizing Digital Marketing to Revive Tourism Industry & Socialization of the CHSE Certification Program" di Lombok, Sabtu.
Baca juga: Sandiaga Uno ajak komunitas motor hidupkan pariwisata Indonesia
Dia menilai sudah terlihat ada kebangkitan pariwisata di Lombok di mana banyak orang menghabiskan waktu untuk staycation, tapi porsi yang lebih besar dalam menghuni hotel-hotel di sana adalah pemerintah yang mengadakan pertemuan atau rapat.
Program Work From Bali belum betul-betul terasa secara merata karena baru dimulai, kata Area Manager East Indonesia, tiket.com, Rajasa Hadisoemarto.
Dia memprediksi program "Work From Bali" bakal bisa bisa dirasakan efeknya bulan depan.
"Work From Bali mungkin akan mencapai puncaknya bulan Juli karena sekarang masih ada pembatasan," kata Rajasa.
Baca juga: Presiden Jokowi: Tunjukan ke dunia Bali sangat aman dikunjungi
Senada dengan Komang, Rajasa sepakat program "Work From Bali" akan mempengaruhi kawasan Lombok di kemudian hari. Dia meyakini, ketika program tersebut sudah berjalan secara baik di pulau Bali, kesuksesannya juga akan menular ke Lombok.
"Kemungkinan akan bagus, tapi tunggu (performa Work From Bali) di Bali naik dulu."
Para pelaku usaha pariwisata di Lombok, sedang menjalani proses mendapatkan sertifikasi CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, Kelestarian Lingkungan) demi memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Sejauh ini, kata Komang Komang Mahawira yang merupakan auditor CHSE, sudah lebih dari 100 sertifikat CHSE yang diberikan oleh dinas pariwisata setempat kepada pelaku usaha di Nusa Tenggara Barat. Proses ini memakan waktu sekitar satu bulan bila tidak ada kendala.
Ketiadaan tamu juga menjadi salah satu kendala, sebab assessor harus melihat bukti bagaimana penerapan protokol kesehatan pelaku pariwisata ketika melayani tamu. Sebagai gantinya, ada simulasi yang memungkinkan assessor menilai apakah pelaku usaha tersebut layak mendapatkan sertifikasi CHSE.
"Kalau memang layak, pasti direkomendasikan."
Baca juga: Manfaatkan media sosial untuk bangkitkan pariwisata
Baca juga: Menkominfo: Teknologi digital dorong kemajuan industri wisata dan UMKM
Baca juga: Sandiaga sebut tren pariwisata semasa pandemi berubah
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021