Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, mengatakan kelompok teroris merencanakan akan mendatangkan warga negara asing yang berasal dari Afghanistan, Pakistan, dan Irak untuk melakukan tindakan teror.
"Mujahid dari Afghanistan, Pakistan, dan Irak akan melakukan gerilya kota, hutan, dan serangan teror yang makin intensif, kemudian mengambil alih kekuasaan negara," kata Kapolri di Jakarta, Jumat.
Teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terlatih bersenjata dan memiliki doktrin siap mati syahid tersebut dilakukan agar masyarakat panik, kemudian secara terbuka melakukan serangan ke pos-pos TNI atau Polri yang dianggap lengah, ujarnya.
"Bila semua rangkaian teror sudah dilakukan, kemudian mendelegetimasi wibawa pemerintah, selanjutnya merekrut beberapa warga secara luas untuk mendapat dukungan kepada publik," kata Bambang Hendarso.
Kapolri mengatakan segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penangganan Masalah Teror. Satgas ini melibatkan Badan Nasional Penangganan Teror (BNPT) dan TNI di beberapa daerah.
"Satgas yang dibentuk akan berkoordinasi dengan BNPT, termasuk TNI bila ada penindakan pada waktu-waktu tertentu kita akan melibatkan `Striteing Force` dari Denjaka (Detasemen Jala Mengkara), Den Bravo dan Penanggulangan Teror (Gultor) dari Kopasus. Karena ke depan, terorisme adalah musuh bersama tidak bisa dibiarkan," katanya.
Bambang mengatakan para pelaku teror di Indonesia sudah terlatih militer bahkan banyak yang lulusan latihan militer di Afghanistan, Pakistan, dan Mindanao (Filipina), kemudian pada kamp-kamp latihan lokal seperti di Poso dan Maluku serta wilayah lainnya.
"Para pelaku teror dalam pelatihan diajari penyerangan dengan menggunakan berbagai jenis senjata api, membuat bom, taktik menyerang dan lain-lain. Selain itu, mereka memiliki senjata api dan amunisi," katanya.
Para teroris menganggap Polri sebagai antek thoghut (setan atau kafir, red.) sehingga tidak mau ditangkap gratis dan mendapat pahala jika dapat membunuh polisi, kata Kapolri.
Dalam kurun waktu 2000-2010 jumlah anggota Polri yang tewas dalam operasi pemberantasan teroris di tanah air sebanyak 19 orang meninggal dunia dan 29 orang luka-luka pada tujuh kota, yakni Ambon, Poso, Aceh, Jawa Tengah, Makassar, Papua, dan Medan.(*)
(T.S035/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010