Jakarta (Antara) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menjadi narasumber pada acara Dialog Kebangsaan bertajuk Literasi Pancasila di IAIN Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6). Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso, memberi pesan kepada para mahasiswa yang memenuhi Aula Dakwah di Gedung IAIN Palu.


"Ambillah literasi yang sesuai Pancasila, jangan yang bertentangan. Karena Pancasila sudah menjadi kesepakatan kita," kata Prakoso.


Prakoso mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia setiap hari mengakses 3,5 jam internet. Mereka menelusuri berbagai informasi dari internet. Sementara, di internet itu, nilai-nilai yang ditawarkan banyak, dan banyak juga yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.


"Ini yang perlu kita waspadai. Tangkal kalau ada hoaks dan ujaran kebencian. Sehingga merah putih tetap berkibar terus," ujar Prakoso.


Sementara, Wakil Rektor IAIN Palu, Prof Abidin mengatakan, mata kuliah pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan diajarkan di setiap program studi di IAIN Palu sejak 1989. Sehingga, sebagai perguruan tinggi negeri, PTN wajib hukumnya diajarkan di IAIN Palu.


Namun saat ini, banyak mahasiswa yang aktif diskusi tentang Pancasila. Banyak pertanyaan mahasiswa yang terkadang tak mampu dijelaskan oleh dosen-dosen mata kuliah Pancasila.

Maka dari itu, Prof Abidin mengatakan agar diskusi dan pertanyaan para mahasiswa itu tak menjadi liar, BPIP dan IAIN Palu perlu bekerja sama untuk mendirikan pusat studi atau pusat pengkajian Pancasila.

"Ini mesti cepat ini. Kami sadar benar, sejak reformasi Pancasila memiliki tantangan yang besar. Apalagi tidak adalagi penataran P4 di kampus," kata Abidin.


Adapun tantangan itu, lanjut Abidin, tantangan keterbukaan, kesetaraan. Selain itu, desentralisasi, kebebasan, dan hak asasi.


Integrasi


Dekan Fakultas Syariah IAIN Palu, DR Abdul Gani mengatakan, Fakultas Syariah sedang

berproses satu gerakan untuk mensinergikan ilmu syariah dan ilmu hukum. Menurutnya, ini satu bagian penting dari Pancasila yang menjadikan agama sebagai teman, bukan musuh.


"Ilmu syariah yang kita kenal begitu luas khazanahnya, jika dikaitkan dengan ilmu hukum positif, maka akan tercipta tujuan yang sangat besar. Maka ilmu syariah akan jauh dari pikiran-pikiran radikal," kata Abdul Gani.


Selain itu, Abdul Gani mengatakan, ada kearifan lokal dalam pengintegrasian ilmu syariah dan hukum itu.

"Adat dan tradisi bisa menjadi sumber argumentasi hukum. Ini semua bisa menjadi penting, menjadikan Pancasila bagian penting dari kehidupan kita," kata Abdul Gani.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021