Liwa, Lampung Barat (ANTARA News) - Seorang ayah Asri M (45) yang memiliki 19 orang anak dari satu istri di Lampung Barat, tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan formal.
"Dari 19 orang anak saya, tidak satu pun yang sekolah, karena ketiadaan biaya serta lokasi sekolah yang jauh," kata Asri, di Pekon (Desa) Puralaksana, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, atau sekitar 330 Km dari Bandarlampung, Kamis.
Ia menjelaskan, sebagai buruh tani penghasilannya sangat minim yaitu Rp25.000 perhari dan untuk makan sehari-hari saja tidak mencukupi.
"Selain masalah ekonomi, jarak sekolah ke rumah saya sangat jauh, butuh dua jam perjalanan, selain itu keadaan jalan yang buruk membuat saya tidak memperbolehkan anak saya sekolah," ujarnya.
Ia menyatakan keadaan ekonomi memaksanya untuk tidak menyekolahkan anak-anak. "Sebenarnya saya tidak tega melakukan ini, tetapi mau bagaimana lagi. Ada yang ingin mengadopsi anak saya, tetapi tidak dibolehkan," tegasnya.
Asri mengaku menikah diusia sangat muda yaitu 15 tahun dan sang istri 14 tahun.
Kondisi tempat tinggal mereka sangat memprihatinkan, rumah berukuran 3x2,5 meter ini, dan berlantai tanah, harus dihuni 23 anggota keluarga, bahkan dalam satu kamar ditiduri sekitar 12 anggota keluarga.
Usia anak pertama pasangan ini sekitar 19 tahun, dan yang paling bungsu berusia empat bulan, anak pertama mereka berstatus sebagai janda, dan memiliki dua orang anak yang masih berumur 4 tahun dan 2 tahun.
Usia kedua orang tua 19 anak tersebut tidak jauh berbeda. Si ayah berumur 45 tahun dan ibu mereka Marsiah 43 tahun.
Ke-19 anak yang mereka miliki tidak satu pun kembar, saat melahirkan ibu ke 19 anak tersebut hanya mengunakan jasa dukun saja, pasalnya mereka tidak mampu membiayai ongkos melahirkan kebidan atau Puskesmas.
Kedua orang tua anak tersebut kerap mendengar keluhan dari anak anaknya untuk bersekolah, tapi sekali lagi alasan biaya dan minimnya pendapatan, mereka tidak menyanggupinya, bahkan setiap hari anak anak mereka mendapat ejekan dari teman bermainnya.
Ketika anak anak mereka sakit, orang tua mereka hanya mengobatinya dengan obat warung atau obat tradisional saja, karena untuk menjangkau Puskesmas atau balai pengobatan sangat jauh dan butuh biaya.
Dalam satu hari kepala keluarga tersebut membutuhkan sekitar lima kilo beras untuk menghidupi 19 anaknya.
Ke 19 anak yang dimiliki tersebut saling membantu kedua orang tuanya, bahkan salah satu dari anak mereka berumur 10 tahun terpaksa menjadi buruh di kebun, guna mambantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Barat, Nukman MS mengatakan, pihak pemerintah telah mengajak warga tersebut untuk sekolah.
"Kami pernah mengajak masyarakat itu untuk memasukan anaknya sekolah, karena jarak yang jauh maka orang tua anak tersebut tidak mengizinkannya," kata dia.
Dia menjelaskan, warga tersebut tinggal di daerah pedalaman gunung.
Nukman menambahkan, terus memantau masyarakat yang belum mengenyam pendidikan.
"Kami tetap memantau masyarakat Lampung Barat yang belum mengenyam pendidikan, bahkan kami bersedia membantu perlengkapan sekolah mereka, itu upaya kami untuk memberantas kebodohan di daerah ini," katanya. (ANT-049/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010