Di setiap perjalanan, kedua monster laut ini pun harus menjaga rahasia mereka yang dapat berubah wujud, agar tidak diketahui oleh Giulia dan warga setempat yang mereka temui.
Pembukaan film sendiri rasanya langsung mengingatkan penonton akan film pendek pertama sang sutradara, Enrico Casarosa, bertajuk "La Luna" (2011) karena latar lautan serta terpaan cahaya bintang dan bulan di atasnya, dan, tentu saja, Italia!
Baca juga: Trailer dan poster film animasi "Luca" dirilis
Tak jauh berbeda dari "La Luna" yang mengambil dua lokasi (lautan dan bulan), "Luca" juga mengambil dua latar, yaitu lautan dan daratan. Penonton diajak untuk menyelami kehidupan makhluk hidup di laut seperti Luca dan keluarganya, hingga hiruk-pikuk manusia yang tinggal di atas tanah Italia nan romantis.
Sutradara memiliki pendekatan visual yang menyenangkan untuk ditonton -- terutama bagi anak-anak karena bentuknya yang bisa dibilang mirip dengan mainan clay yang mudah dibentuk dan dicintai pembuatnya.
Desain karakter baik untuk monster laut dan manusianya pun mudah dikenali dan memiliki keunikan masing-masing. Tak hanya itu, para pengisi suara juga berhasil melakukan tugas mereka dengan menawan, mampu menampilkan emosinya secara baik ke dalam karakter yang mereka perankan.
Selain tiga tokoh utama yang diperankan anak-anak, penampilan Maya Rudolph dan Jim Gaffigan sebagai Daniela dan Lorenzo Paguro alias orang tua Luca juga sangat mencuri perhatian lantaran tingkahnya yang menggelitik sekaligus mengingatkan akan cinta orang tua kepada anaknya.
Dinamika antara keduanya dan para lakon utama lainnya pun menambah kesegaran cerita, warna, serta perspektif baru dari kisah yang diceritakan.
Visual nan cantik ditambah dengan sederet karakter yang menarik seakan kurang apabila tidak dilengkapi dengan cerita yang mengandung magic atau keajaiban -- "bumbu" khas dari film-film Pixar.
"Silenzio, Bruno!" pun menjadi mantra ajaib di film ini. Kalimat tersebut memiliki arti, "Diam, Bruno!" -- sebuah ungkapan untuk membisukan suara-suara yang mendorong seseorang enggan dan takut mencoba hal baru dan menantang.
Dua kata tersebut -- tak hanya kuat dari sisi pengembangan karakter dan kontinuitas cerita, rasanya juga menggelitik para penontonnya -- di mana setiap manusia tentu saja memiliki rasa takut -- terlepas dari usianya. Mendiamkan isi kepala yang berisik rasanya menjadi penting untuk menenangkan diri sendiri sebelum akhirnya memulai langkah baru.
Baca juga: "Loki" hingga "LUCA" tayang di Disney+ Hotstar Juni
Tak hanya tentang persahabatan, keluarga, dan rasa percaya diri, "Luca" juga menjadi pengingat bahwa mau menerima diri sendiri adalah sebuah keberanian yang harus dibawa kemana pun, kapan pun.
Selayaknya musim panas, film ini dibungkus dengan visual yang cerah, penuh warna, dan memanjakan mata para penontonnya -- mengingatkan segala keceriaan saat liburan musim panas tiba.
Keceriaan ini pun tak jauh dari segala permainan dan kenangan indah dan baru yang dibagi bersama keluarga dan teman dekat; atau mungkin sebagai momen bagi tiap individu untuk memulai perjalanan barunya.
Dan, ya, sepertinya "Luca" bisa diibaratkan memiliki semuanya -- menjadi sebuah kamp musim panas yang cocok untuk disinggahi bersama.
"Luca" tayang di Disney+ Hotstar mulai hari ini, (18/6).
Baca juga: Film animasi Disney Pixar "Luca" rilis di bioskop 2021
Baca juga: Cerita Tom Hiddleston perankan Loki selama satu dekade
Baca juga: "Cruella", mengulik "hitam-putih" sang antagonis ikonis
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021