New York (ANTARA News) - Pebisnis dan pilantropis George Soros dan Pemerintah Australia menilai, kerja sama Indonesia-Norwegia soal pembentukan lembaga Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degredasi Hutan ("REDD+") sebagai model bagus, sehingga menyatakan kesediaan untuk membantu.
"Mereka (Soros dan Australia.Red) menilai kerja sama `REDD+` adalah model kerja sama yang bagus dan mereka menyatakan akan memberikan bantuan dalam bentuk partisipasi," kata Ketua Satgas untuk Persiapan Kelembagaan REDD+ Kuntoro Mangkusubroto, kepada pers di New York, Amerika Serikat, Kamis dini hari.
Hal tersebut dikemukakan Kuntoro, usai dirinya menghadiri pertemuan REDD+ di sela Sidang Umum PBB yang antara lain dihadiri Menlu Australia Kevin Rudd, George Soros, serta utusan khusus urusan perubahan iklim AS Todd Stern.
Menurut Kuntoro, dalam pertemuan tadi Soros dan Rudd secara tegas menilai pembentukan kerja sama RI-Norwegia sangat baik, apalagi setelah melihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membentuk Satgas untuk persiapan pembentukan kelembagaan REDD+.
Satgas tersebut, katanya, akan bertanggung jawab untuk membentuk lembaga dan strategi REDD+ nasional dan merancang instrumen pendanaan untuk seluruh kegiatan REDD+ di Indonesia.
"Pembentukan satgas akan menjadi katalis bagi Indonesia dalam upaya menurunkan emisi dari sektor kehutanan dan lahan gambut dan tetap memastikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," papar Kuntoro yang juga Kepala Unit Kerja Presiden tentang Pengawasan dan pengendlian Pembangunan (UKP4).
Dia mengemukakan, dengan perpindahan ke model pertumbuhan ekonomi karbon rendah dalam menanggulangi tantangan perubahan iklim, Indonesia akan dapat mencapai pembangunan berkelanjutan tanpa mengorbankan pembangunan dan kondisi ekonomi.
Baik Pemerintah Indonesia dan Norwegia mengemukakan optimistisnya terhadap kemajuan yang telah dicapai selama pelaksanaan kerja sama, dan masing-masing menegaskan komitmennya.
Indonesia dan Norwegia telah menandatangani nota kesepahaman pada Mei 2010 untuk menjalin kemitraan dalam menanggulangi deforestasi dan degredasi hutan di Indonesia, dengan komitmen satu miliar dolar AS.
"Kemitraan ini jadi model baru kerja sama internasional, yaitu donatur memberikan kontribusi berdasarkan hasil yang tercapai, bukan dalam pinjaman atau hibah," tutur Kuntoro.
Pertemuanyang dilaksanakan di New York ini adalah pertemuan bilateral kedua Indonesia-Norwegia, setelah MoU ditandatangani dan rencananya pertemuan selanjutnya diadakan di Nagoya, Jepang, pada 26 Oktober 2010.
(A025/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010