"Kalau dilihat berdasarkan `pranata mangsa` (penghitungan musim secara adat Jawa, red.), pertengahan September seharusnya sudah memasuki masa panen," kata Ketua Bidang Organisasi HNSI Kabupaten Cilacap, Indon Tjahjono, di Cilacap, Kamis.
Akan tetapi, kata dia, "pranata mangsa" tersebut sudah tidak dapat diterapkan lagi karena anomali iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem di wilayah perairan.
"Bahkan beberapa waktu lalu, ketinggian gelombang sempat mencapai lima meter," katanya.
Selain pengaruh cuaca ekstrem, kata dia, kondisi perairan selatan Jateng khususnya Cilacap saat ini sudah "over fishing" sedangkan populasi ikan yang hendak ditangkap terbatas.
Oleh karena itu, katanya, saat ini banyak nelayan Cilacap yang tidak melaut dan mereka melakukan pekerjaan serabutan.
"Untungnya beberapa waktu lalu Pertamina Refinery Unit IV Cilacap melakukan kegiatan perawatan berkala sehingga sebagian nelayan ada yang ikut kerja di sana," katanya.
Saat ini, katanya, pihaknya sedang mengupayakan kegiatan perikanan budidaya.
Dia mengharapkan, dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan upaya tersebut sehingga nelayan tidak lagi bergantung pada hasil tangkapan ikan di laut terutama saat terjadinya cuaca ekstrem seperti sekarang.
"Saat ini nelayan Cilacap mengalami masa paceklik yang berkepanjangan baik akibat adanya cuaca ekstrem maupun `over fishing`," katanya. (SMT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010