Kami ingin mendapatkan tanggapan dan masukan dari stakeholder di Sumbar terkait isu-isu strategis itu
Padang (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) membahas tiga isu strategis, yaitu bonus demografi, tambang ilegal, dan penguasaan tanah oleh asing di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
"Kami ingin mendapatkan tanggapan dan masukan dari stakeholder di Sumbar terkait isu-isu strategis itu," kata Staf Ahli Bidang SDA dan LH Menko Polhukam, Asmarni, di Padang, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2020, jumlah penduduk di Sumbar per September 2020 sebesar 5,53 juta jiwa dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 68,65 persen dari total jumlah penduduk. Hal tersebut menandakan Sumbar sedang memasuki masa bonus demografi.
Penduduk usia produktif harus ditingkatkan keterampilan dan daya saingnya, sehingga dapat bersaing dan meningkatkan pembangunan di segala bidang di Sumbar agar ke depannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, penduduk usia produktif sebesar 68,65 persen ke depannya diharapkan dapat menanggung penduduk usia tidak produktif sebesar 31,35 persen, agar tidak terjadi permasalahan sosial di kemudian hari.
Penduduk usia produktif, diharapkan tidak menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan di Sumbar, sehingga stabilitas politik, hukum, dan keamanan dapat tetap terjaga karena berdasarkan data BPS Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2021 sebesar 6,67 persen atau menduduki peringkat delapan dari 34 provinsi dengan rata-rata nasional 6,26 persen. Sedangkan jumlah penduduk miskin mencapai 6,56 persen.
Sosiologi penduduk Sumbar yang suka merantau menjadi dilema bagi daerah, karena apabila tidak tersedia lapangan kerja yang cukup, keterampilan, dan berdaya saing, maka penduduk usia produktif tidak dapat membangun daerahnya dan akan lebih memilih untuk merantau.
Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus dapat menyusun formula kebijakan yang tepat untuk menyambut bonus demografi di Sumbar.
Pada lain sisi potensi SDA Sumbar yang begitu melimpah, mengundang para warga asing (WNA) dan investor asing untuk berlomba-lomba menanamkan investasi maupun untuk memiliki hak atas tanah.
Mencermati hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah membatasi ruang gerak para WNA dan investor asing untuk tidak menguasai tanah maupun pinjam nama di perusahaan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Namun, para WNA dan investor asing melakukan penyelundupan hukum dengan perjanjian nominee atau menikahi WNI.
Praktik nominee penting untuk dilarang karena membuat peranan investasi asing dalam mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tidak optimal, teralihkannya keuntungan atas investasi Indonesia ke negara lain, dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan transfer pengetahuan dari perusahaan asing ke perusahaan dalam negeri.
Data Kemenko Polhukam, di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat tujuh resort besar yang dikelola WNA (Australia, Spanyol, dan Italia) bekerjasama dengan masyarakat lokal melalui perjanjian sewa-menyewa tanah yang durasi sewanya dapat mencapai 20 tahun.
Pada bulan Februari 2021 bahkan mencuat diperbincangkan di media sosial dan berita, karena Pulau Pananggalat yang terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar dijual secara online.
Mentawai menjadi tujuan turis dari berbagai negara, seperti Australia. Masuknya turis ada yang secara legal dan ditengarai ada yang secara ilegal masuk ke wilayah perairan Mentawai menggunakan kapal pesiar (yacht) untuk melaksanakan kegiatan pariwisata dan selancar air. Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi pertahanan dan keamanan negara.
"Ini menjadi salah satu perhatian serius kita," katanya lagi.
Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) juga ditengarai marak di Sumbar. PETI biasanya berada di sepanjang aliran sungai, di dalam hutan, dan di dekat permukiman. Aktivitas PETI menyebabkan kerusakan di kawasan hutan, pencemaran aliran sungai, sedimentasi, dan pencemaran merkuri.
Hal tersebut dapat mengakibatkan banjir/banjir bandang, tanah longsor, penyakit Minamata, dan konflik sosial.
Proyek strategis nasional di Sumbar yaitu Jalan Tol Padang-Pekanbaru juga berpotensi memicu maraknya penambangan batuan dan pasir, karena kebutuhan material batu, pasir, dan tanah uruk untuk bahan baku pembangunan.
Gubernur Sumbar Mahyeldi menyebut isu strategis yang dibahas akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah guna mengambil kebijakan ke depan.
Ia juga berharap juga ada solusi dari pemerintah pusat atas isu strategis yang dibahas tersebut.
Terkait bonus demografi dan pengangguran, Pemprov Sumbar saat ini sedang fokus dalam pembangunan bidang pertanian untuk ketahanan pangan serta pengembangan UMKM.
Menurutnya, ada sekitar 590 ribu UMKM di Sumbar yang bisa menggerakkan perekonomian daerah. Pemprov Sumbar memberikan dukungan pada sektor tersebut.
Baca juga: Menko Machfud MD gelar konsultasi publik di Sumbar
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021