Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution memperkirakan laju inflasi tahun depan akan meningkat karena dorongan inflasi mulai makin meninggi dalam beberapa tahun terakhir akibat penyesuaian terhadap "administered prices".
"Dorongan inflasi mulai makin meninggi dalam beberapa tahun terakhir karena `administered prices` (harga yang ditetapkan pemerintah) relatif tinggi," ujarnya saat penyampaian jawaban pemerintah atas kondisi asumsi makro ekonomi RAPBN 2011 dengan komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin malam.
Harga yang ditetapkan pemerintah (administered price) yang dimaksud antara lain faktor tarif dasar liistrik dan tarif tol maupun sektor jasa lainnya.
Untuk itu, ia menambahkan, BI sebagai badan moneter tetap berusaha menjaga laju inflasi dengan mengusahakan uang beredar tidak terlalu banyak hingga mengubah kebijakan dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM).
"Kita mengurangi likuiditas agar tidak berlebihan di pasar dan tidak mendorong inflasi," ujar Darmin.
Selain itu, BI juga tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap berada pada angka 6,5 persen.
Ia juga mengatakan agar pemerintah terus mewaspadai inflasi yang disebabkan oleh persediaan barang (volatile foods) yang bermasalah akibat perubahan iklim dan musim.
"Harga cabe dan bawang sempat meningkat, harga internasional terigu, beras dan palm oil juga meningkat akibat musim dan ini diluar kendali siapa pun," ujar Darmin.
Sementara, Kepala Badan Pusat Statisitik (BPS) Rusman Heriawan menambahkan laju inflasi sebesar 2,78 persen pada 2008 sulit dicapai kembali, karena angka inflasi tersebut terbantu oleh adanya krisis global.
"Angka tersebut sulit dicapai lagi karena waktu itu ada krisis," ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan pengalaman dalam sepuluh tahun terakhir, apabila pertumbuhan ekonomi ditargetkan diatas enam persen, maka laju inflasi tidak mencapai angka dibawah lima persen.
"Jadi kalau kita menargetkan pertumbuhan 6,3 persen itu merupakan klasifikasi optimis, apalagi 2011 negara-negara dunia mulai memperbaiki ekonominya dan kecenderungan harga komoditas naik," ujar Rusman.
Pemerintah dalam RAPBN 2011 menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan lifting 0,970 juta liter per hari.(*)
(ANT/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010