Miranshah, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Empat militan tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di kawasan suku baratlaut Pakistan dekat perbatasan Afghanistan, Senin, kata sejumlah pejabat keamanan.

Pesawat tak berawak itu menembakkan tiga rudal ke desa Darazinda, 40 kilometer sebelah timurlaut Miranshah, kota utama di Waziristan Utara.

Empat militan tewas dalam serangan itu, kata seorang pejabat keamanan.

"Pesawat tak berawak menembakkan satu rudal ke dua militan yang sedang mengendarai sepeda-motor dan ketika dua rekan mereka datang ke arah mereka, dua rudal lagi ditembakkan," katanya. "Seluruh keempat militan itu tewas."

Dua pejabat keamanan lain mengkonfirmasi jumlah korban itu dengan mengatakan, rudal-rudal tersebut ditembakkan oleh pesawat tak berawak.

Serangan itu merupakan yang kedua dalam kurun waktu 24 jam di daerah tersebut, yang dikenal sebagai pangkalan gerilyawan Al-Qaeda dan Taliban dan yang ke-15 dalam waktu 18 hari.

Empat orang tewas Minggu ketika sebuah pesawat tak berawak menembakkan dua rudal ke sebuah kendaraan yang bepergian di kawasan suku tersebut.

Serangan-serangan rudal AS menewaskan sekitar 100 militan sejak 3 September di kawasan itu, yang disebut-sebut Washington sebagai tempat paling berbahaya di Bumi.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di kawasan pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Sekitar 1.100 orang tewas dalam lebih dari 130 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.(*)

(Uu.M014/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010