Seorang perwira militer Mauritania, yang minta tak disebut namanya, mengatakan kepada AFP bahwa pesawat-pesawat perang itu menghancurkan tiga kendaraan yang membawa para pejuang pada serangan Ahad, yang dikecam oleh para politisi Mali telah menewaskan dua penduduk sipil.
Dia tidak menjelaskan berapa banyak gerilyawan yang tewas atau cedera dalam serangan-serangan di Mali utara itu, yang terjadi pada hari ketiga serangan terhadap Al Qaida di negara Islam Maghribi (AQIM) itu.
Namun dia mengatakan, seorang wanita dia sebut sebagai "isteri seorang teroris" di antara mereka yang tewas dalam serangan tersebut.
"Serangan-serangan Ahad terhadap AQIM di Mali utara itu telah menghancurkan tiga kendaraan yang membawa para teroris dari tujuh kendaraan yang dijadikan target, dalam satu konvoi," kata pejabat itu.
Presiden Mauritania, Mohamed Ould Abdel Aziz "secara pribadi mengawasi operasi-operasi itu", menurut seorang sumber dekat pada kantor kepresidenan kepada AFP.
"Ini perang suci melawan teroris yang akan menguntungkan kita semua, dan angkatan bersenjata kami harus mendapat dukungan dari kita semua," kata Mohamed Mahmoud Ould Mohamed Lemine, ketua partai berkuasa Mauritania.
"Kami terlibat perang dengan kelompok garis keras yang merusak citra kesucian agama kami, di samping citra Muslim," kata Ould Mohamed Lemine, mantan menteri pertahanan, menambahkan.
Di Niger, seorang juru bicara pemerintah membantah para pejuang dijadikan target karena orang-orang itu dicurigai telah menculik tujuh orang asing, termasuk lima warga Prancis, dari utara negara dan kemudian membawa mereka ke Mali.
Seorang walikota di Mali mengecam serangan-serangan udara itu, seraya mengatakan, korbannya termasuk penduduk sipil Mali sendiri.
"Saya sekarang berada di rumah sakit di Timbuktu, dua wanita dari daerah kami tewas dan empat pria lainnya cedera setelah gempuran pesawat tempur Mauritania pagi ini terhadap kendaraan mereka," ujarnya.
"Kami marah, sebab kami penduduk sipil, kami tidak terlibat dalam urusan ini dan di sini mereka membunuh kami," ujarnya.
Namun seorang pejabat senior Mauritania menyepelekan klaim tewasnya penduduk sipil itu.
"Target kami adalah teroris bersenjata," kata pejabat itu, yang minta tak disebutkan namanya, kepada AFP.
"Jika di sana ada seseorang yang menguntungkan dari jenis tuduhan-tuduhan ini, itu pasti propaganda teroris."
Tetapi, para politisi Mali lainnya bergabung dalam pengecaman itu.
"Saya mengecam adanya kematian warga sipil, yang tidak tahu di wilayah itu dijadikan target serangan," kata Assarid Ag Imbarca-Wane, wakil ketua Majelis Nasional Mali, dalam pernyataannya.(*)
Reuters/H-AK/H-RN
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010