Secara keseluruhan sekarang masih memiliki efektivitas, karena efektivitas di atas 50 persen masih terpenuhiJakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan vaksin yang tersedia di Indonesia masih memiliki efektivitas di atas 50 persen untuk melindungi penerima manfaat dari risiko sakit akibat terpapar varian baru virus corona.
"Secara keseluruhan sekarang masih memiliki efektivitas, karena efektivitas di atas 50 persen masih terpenuhi," katanya saat memberikan keterangan kepada wartawan secara virtual dan dipantau di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pakar: Ada sedikit penurunan efektivitas vaksin terhadap B1617
Wiku mengatakan pada prinsipnya setiap virus pasti akan mengalami mutasi karena dalam rangka untuk bertahan hidup di tubuh manusia.
Proses mutasi virus tersebut bisa berlangsung terus menerus apabila potensi untuk menularnya tersedia atau penularannya tetap terjadi di masyarakat.
Wiku mengatakan penelitian lebih lanjut harus selalu dilakukan dan dimonitor agar vaksin yang digunakan dapat terukur efektivitasnya secara keseluruhan.
Baca juga: ITAGI: Vaksin Sinovac tetap efektif pada interval penyuntikan 28 hari
Pertanyaan seputar keampuhan vaksin dalam melindungi seseorang dari keterpaparan COVID-19, kata Wiku, hingga saat ini masih menjadi pertanyaan masyarakat dunia.
"Artinya semua akan pasti melihat kondisi ini dan memastikan bahwa vaksinasi dilakukan betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif," katanya.
Baca juga: Ridwan Kamil duga COVID-19 varian delta telah ada di Jabar
Terkait peristiwa sejumlah tenaga kesehatan di Kudus, Jawa Tengah, yang mengalami reinfeksi COVID-19 meskipun telah terlindungi vaksin, Wiku menjelaskan bahwa reaksi vaksin bergantung pada kemampuan antibodi seseorang.
"Dengan adanya seperti ini, pasti seharusnya semakin tinggi titer antibodi dari orang yang divaksinasi, karena reaksi setiap orang berbeda tentunya akan memberikan proteksi yang lebih baik," katanya.
Wiku menambahkan proses vaksinasi ulang bisa saja yang diperlukan apabila jumlah titer antibodi yang ada di seseorang tersebut setelah divaksinasi tidak cukup tinggi untuk bisa menghadang risiko tertular COVID-19.
Baca juga: Kemenkes: 145 kasus varian ganas COVID-19 menyebar di Indonesia
Secara terpisah Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan terdapat 145 kasus variant of concern (VOC) yang diyakini menular lebih cepat hingga memperberat gejala COVID-19 saat ini menyebar di sejumlah daerah di Indonesia.
"Hingga 13 Juni 2021, dari total 1.989 sekuens yang diperiksa, telah dideteksi 145 sekuens VOC. Sebanyak 36 kasus B117, lima kasus B1351 dan 104 kasus B1617.2," katanya.
Varian baru tersebut memungkinkan memicu penurunan keampuhan vaksin, misalnya terhadap varian B1617.2 (Delta), namun bukan berarti vaksin yang tersedia saat ini tidak efektif.
"Vaksinnya masih ampun. Bahkan WHO menganjurkan segera vaksin. Mungkin varian baru yang ada sekarang menurunkan keampuhan, tapi bukan berarti tidak efektif," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Kudus telusuri kontak erat pasien COVID-19 varian delta
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021